"Betul, Pak. Saya biasanya tidak terlalu mengikuti, tapi kemarin lihat cuplikan di televisi, wah... saya ikut berdebar juga. Kalau sampai Indonesia lolos Piala Dunia, bayangkan betapa bangganya murid-murid kita."
Pak Budi, guru sejarah yang selalu nyelutuk dengan gaya khasnya, menambahkan,
"Saya jadi ingat zaman dulu ketika Indonesia ikut Olimpiade 1956. Itu sejarah emas kita. Nah, sekarang bisa jadi momen baru, babak baru sejarah bangsa."
Obrolan itu berlanjut panjang. Kadang serius, kadang penuh tawa. Mereka tidak sekadar membicarakan skor atau jadwal pertandingan, tetapi juga nilai kerja keras, semangat juang, dan arti kebersamaan. Saya tersenyum mendengarnya, karena percakapan itu tak jauh beda dengan yang sering saya dengar di kelas dari murid-murid saya.
Â
Penutup
Kisah dari kelas saya hanyalah secuil potret bagaimana anak-anak muda menaruh harapan besar pada Timnas Indonesia. Dari percakapan mereka, saya belajar bahwa optimisme adalah energi yang bisa menular. Sepak bola bukan hanya soal pertandingan di lapangan, tapi juga soal mimpi, kebersamaan, dan identitas bangsa. Semoga Timnas Indonesia benar-benar bisa menuliskan sejarah manis di Piala Dunia 2026, dan murid-murid saya bisa berkata dengan bangga, "Kami adalah saksi sejarah itu."
 Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/users/sunu_dhadho-2860823/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI