Saya membayangkan, jika benar Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026, itu akan menjadi kisah yang bukan hanya ditulis di buku sejarah, tapi juga di hati rakyat. Betapa bangganya anak-anak saya yang saat ini masih duduk di bangku sekolah, kelak bisa bercerita, "Saya menyaksikan Indonesia lolos ke Piala Dunia pertama kali." Cerita itu akan melekat kuat, melampaui batas generasi.
Agenda Ngobar  di Kelas
Murid-murid berencana membuat agenda Ngobar (ngobrol bola) di sela jam istirahat. Mereka menukar kabar terbaru tentang jadwal pertandingan, prediksi skor, hingga strategi pelatih. Tidak jarang mereka meminta saya ikut terlibat. Dari sinilah saya melihat bahwa sepak bola bisa menjadi media literasi dan diskusi yang sehat di kelas.
Â
Agenda Nobar di Grup RT
Tak hanya di sekolah, anak-anak juga membicarakan rencana Nobar (nonton bareng) di lingkup RT mereka. Mereka ingin berbagi semangat, meneriakkan yel-yel, sekaligus belajar arti kebersamaan. Bagi saya, inilah sisi indah dari olahraga: menyatukan semua orang, lintas usia dan profesi, dalam satu semangat merah putih.
Obrolan Para Guru Pecinta Sepak Bola di Ruang Guru
Suasana ruang guru sore itu agak berbeda. Setelah jam pelajaran usai, beberapa rekan guru yang sama-sama pecinta sepak bola larut dalam obrolan hangat.
Pak Anton, guru olahraga, dengan antusias berkata,
"Kalau lihat permainan Timnas sekarang, rasanya beda sekali ya. Strategi mereka lebih rapi, stamina juga kuat. Apalagi ada beberapa pemain muda yang mentalnya nggak kalah dengan lawan dari Asia Barat."
Bu Rina, guru Bahasa Indonesia yang diam-diam juga hobi menonton bola, ikut menyahut,