Mengemas Gerakan PPDB SD Negeri dan Swasta: Bukan Sekadar Rebutan Kursi!
Oleh: Widodo, S.Pd.
Â
Pendahuluan
Setiap tahun ajaran baru, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) selalu jadi topik panas. Orang tua sibuk berburu informasi, sekolah berusaha tampil menarik, dan media sosial penuh curhat warganet. Tak hanya di sekolah negeri, sekolah swasta pun ikut merasakan "deg-degan" mencari murid baru. Pertanyaannya, kenapa PPDB selalu penuh drama? Dan bisakah kita mengemasnya jadi gerakan yang lebih bermakna?
A. Drama PPDB di SD Swasta
- Bersaing dengan Sekolah Negeri yang Gratisan
Sekolah negeri punya subsidi, sekolah swasta harus mengandalkan biaya dari orang tua. Akhirnya, banyak yang menganggap sekolah swasta itu "mahal" padahal kualitasnya belum tentu kalah. - Promosi yang Kurang Menggigit
Banyak sekolah swasta masih mengandalkan spanduk dan brosur. Sementara orang tua zaman sekarang lebih suka cari info di media sosial dan grup WhatsApp. - Stigma: Swasta Itu Bisnis, Negeri Itu Kualitas
Ini yang sering bikin orang tua ragu. Padahal, banyak SD swasta yang punya program luar biasa. - Program yang Belum Menonjol
Sekolah swasta kadang kurang punya "jualan" yang unik. Kelas bilingual, kegiatan kreatif, atau kurikulum berbasis karakter bisa jadi pembeda. - Naik-Turun Jumlah Murid Baru
Tahun ini ramai, tahun depan sepi. Akibatnya keuangan sekolah jadi tidak stabil.
Apa Solusinya?
- Maksimalkan branding dan promosi digital (Instagram, Facebook, TikTok).
- Tawarkan program unggulan yang jelas dan relevan.
- Gandeng orang tua lewat parent engagement.
- Buat subsidi silang atau beasiswa internal.
- Utamakan pelayanan yang ramah dan responsif, bukan hanya gedung mewah.
B. PPDB di SD Negeri: Antara Zonasi dan Realita
- Sekolah Favorit Penuh Sesak
Sekolah negeri populer selalu jadi rebutan. Biaya murah, prestasi oke, siapa yang tak mau? - Zonasi: Niatnya Baik, Prakteknya Ribet
Tujuannya mendekatkan akses, tapi kadang bikin pusing: ada yang rumahnya dekat tapi kalah, ada juga yang tiba-tiba pindah KK demi kursi favorit. - Kualitas Belum Merata
Ada sekolah negeri yang maju, ada juga yang masih ketinggalan jauh. - Transparansi yang Masih Dipertanyakan
Isu titipan, jalur khusus, sampai informasi yang telat sering jadi bahan gosip tahunan. - Ekspektasi Publik yang Tinggi
Sekolah negeri dianggap milik rakyat, tapi kadang tak dibarengi fasilitas yang setara.
Apa Solusinya?
- Pemerintah harus meratakan kualitas sekolah negeri, jangan hanya fokus ke yang favorit.
- Zonasi tetap ada, tapi fleksibel dan diawasi ketat.
- Digitalisasi proses PPDB agar transparan dan bisa diaudit publik.
- Sosialisasi jauh-jauh hari, bukan dadakan.
- Perkuat jalur afirmasi untuk siswa kurang mampu dengan sistem yang bersih.
C. Kekuatan Promosi dari Mulut ke Mulut
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!