Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengemas Gerakan PPDB SD Negeri dan Swasta: Bukan Sekedar Rebutan Kursi!

6 September 2025   17:00 Diperbarui: 6 September 2025   17:00 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Satu Kegiatan Siswa SD: Bentuk Promosi dari Mulut ke Mulut: Sumber Canva.Com

Mengemas Gerakan PPDB SD Negeri dan Swasta: Bukan Sekadar Rebutan Kursi!

Oleh: Widodo, S.Pd.

 

Pendahuluan

Setiap tahun ajaran baru, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) selalu jadi topik panas. Orang tua sibuk berburu informasi, sekolah berusaha tampil menarik, dan media sosial penuh curhat warganet. Tak hanya di sekolah negeri, sekolah swasta pun ikut merasakan "deg-degan" mencari murid baru. Pertanyaannya, kenapa PPDB selalu penuh drama? Dan bisakah kita mengemasnya jadi gerakan yang lebih bermakna?

A. Drama PPDB di SD Swasta

  1. Bersaing dengan Sekolah Negeri yang Gratisan
    Sekolah negeri punya subsidi, sekolah swasta harus mengandalkan biaya dari orang tua. Akhirnya, banyak yang menganggap sekolah swasta itu "mahal" padahal kualitasnya belum tentu kalah.
  2. Promosi yang Kurang Menggigit
    Banyak sekolah swasta masih mengandalkan spanduk dan brosur. Sementara orang tua zaman sekarang lebih suka cari info di media sosial dan grup WhatsApp.
  3. Stigma: Swasta Itu Bisnis, Negeri Itu Kualitas
    Ini yang sering bikin orang tua ragu. Padahal, banyak SD swasta yang punya program luar biasa.
  4. Program yang Belum Menonjol
    Sekolah swasta kadang kurang punya "jualan" yang unik. Kelas bilingual, kegiatan kreatif, atau kurikulum berbasis karakter bisa jadi pembeda.
  5. Naik-Turun Jumlah Murid Baru
    Tahun ini ramai, tahun depan sepi. Akibatnya keuangan sekolah jadi tidak stabil.

Apa Solusinya?

  • Maksimalkan branding dan promosi digital (Instagram, Facebook, TikTok).
  • Tawarkan program unggulan yang jelas dan relevan.
  • Gandeng orang tua lewat parent engagement.
  • Buat subsidi silang atau beasiswa internal.
  • Utamakan pelayanan yang ramah dan responsif, bukan hanya gedung mewah.

B. PPDB di SD Negeri: Antara Zonasi dan Realita

  1. Sekolah Favorit Penuh Sesak
    Sekolah negeri populer selalu jadi rebutan. Biaya murah, prestasi oke, siapa yang tak mau?
  2. Zonasi: Niatnya Baik, Prakteknya Ribet
    Tujuannya mendekatkan akses, tapi kadang bikin pusing: ada yang rumahnya dekat tapi kalah, ada juga yang tiba-tiba pindah KK demi kursi favorit.
  3. Kualitas Belum Merata
    Ada sekolah negeri yang maju, ada juga yang masih ketinggalan jauh.
  4. Transparansi yang Masih Dipertanyakan
    Isu titipan, jalur khusus, sampai informasi yang telat sering jadi bahan gosip tahunan.
  5. Ekspektasi Publik yang Tinggi
    Sekolah negeri dianggap milik rakyat, tapi kadang tak dibarengi fasilitas yang setara.

Apa Solusinya?

  • Pemerintah harus meratakan kualitas sekolah negeri, jangan hanya fokus ke yang favorit.
  • Zonasi tetap ada, tapi fleksibel dan diawasi ketat.
  • Digitalisasi proses PPDB agar transparan dan bisa diaudit publik.
  • Sosialisasi jauh-jauh hari, bukan dadakan.
  • Perkuat jalur afirmasi untuk siswa kurang mampu dengan sistem yang bersih.

C. Kekuatan Promosi dari Mulut ke Mulut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun