Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Etika di Transportasi Umum: Menjadi Contoh Penumpang yang Baik

15 Agustus 2025   22:45 Diperbarui: 15 Agustus 2025   22:45 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Contoh Penumpang yang Baik : Foto Dokumentasi Pribadi Widodo, S.Pd

Etika di Transportasi Umum: Menjadi Contoh Penumpang yang Baik
Oleh: Widodo, S.Pd

Pendahuluan
Saya pernah menggunakan angkutan umum mulai dari bus antar kota antar provinsi hingga kereta api. Dari masa ke masa, pengalaman yang saya dapatkan berbeda-beda. Naik bus maupun kereta zaman dahulu memiliki nuansa yang jauh berbeda dibandingkan masa kini. Berdasarkan pengalaman saya, ada perubahan signifikan dalam hal etika menggunakan angkutan umum. Masyarakat kini cenderung menunjukkan perilaku yang lebih santun dibandingkan dahulu. Meski begitu, bukan berarti saya tidak pernah mengalami gangguan---hanya sesekali saya bertemu penumpang dengan perilaku yang boleh dibilang ganjil. Berikut adalah pembahasannya.

Pembahasan

  1. Kondisi Bus Zaman Dahulu
    Dahulu, naik bus jarak jauh berarti siap-siap menerima berbagai hiburan tidak resmi. Banyak pengamen naik di setiap terminal atau bahkan di tengah perjalanan. Suara gitar dan nyanyian kadang menghibur, namun tidak jarang justru membuat penumpang yang ingin beristirahat menjadi terganggu. Ada pula pedagang asongan yang menawarkan berbagai jajanan. Suasana ini membuat bus terasa ramai, bahkan riuh.
  2. Kondisi Bus Masa Kini
    Peraturan baru yang membatasi pengamen dan pedagang di dalam bus membawa perubahan besar. Kini jarang sekali ada pengamen di bus, sehingga suasana perjalanan menjadi lebih tenang. Penumpang pun cenderung lebih santun, berbicara dengan suara pelan, dan menghargai kenyamanan bersama. Bahkan, sebagian besar memilih menggunakan gawai atau sekadar memandang pemandangan luar tanpa mengganggu orang lain.
  3. Kondisi Kereta Zaman Dahulu
    Kereta api dulu identik dengan lalu-lalang pedagang asongan di setiap gerbong. Berbagai barang dagangan ditawarkan, mulai dari makanan, minuman, hingga mainan anak-anak. Meski terkadang membantu penumpang yang membutuhkan, suasana ini membuat perjalanan tidak selalu tenang. Bagi yang ingin tidur atau membaca, aktivitas jual-beli ini menjadi gangguan tersendiri.
  4. Kondisi Kereta Masa Kini
    Dengan adanya aturan yang melarang pedagang asongan di dalam kereta, suasana perjalanan kini jauh lebih nyaman. Kereta berpendingin udara, kursi tertata rapi, dan penumpang umumnya menjaga ketertiban. Tidak ada lagi teriakan penjual atau dorongan di lorong gerbong. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan etika penumpang---mereka lebih menghargai ruang pribadi orang lain.
  5. Kondisi Penumpang dari Masa ke Masa
    Pada dasarnya, kenyamanan di transportasi umum adalah milik bersama, baik bagi perusahaan otobus (PO) maupun penumpang. Penumpang membutuhkan rasa aman dan nyaman, apalagi bagi yang sengaja memanfaatkan perjalanan untuk beristirahat. Saya sendiri sering menikmati tidur di bus atau kereta. Kini, gangguan hampir jarang ada, sehingga perjalanan menjadi momen relaksasi yang menyenangkan.
  6. Menjadi Contoh Penumpang yang Baik
    Salah satu bentuk etika yang tak kalah penting adalah menjadi teladan bagi penumpang lain. Jika ada perilaku ganjil dari penumpang lain, tidak perlu menegur secara langsung, apalagi dengan nada tinggi. Cukup menjaga sikap, fokus pada perjalanan kita sendiri, dan biarkan petugas yang menangani jika diperlukan. Sikap tenang dan sabar justru memberi suasana nyaman bagi semua orang di dalam kendaraan. Memberikan tempat duduk sesuai prioritas yaitu kepada yang lebih membutuhkan misalnya ibu hamil, lansia, difabel, dan orang yang lebih tua dari kita terutama ibu -- ibu atau Perempuan.

Penutup
Perubahan etika di transportasi umum adalah cerminan dari kemajuan budaya dan kesadaran masyarakat. Dari suasana riuh penuh pengamen dan pedagang, kini bergeser menjadi perjalanan yang tenang dan tertib. Meskipun masih ada segelintir penumpang yang berperilaku kurang santun, secara umum tren ini menunjukkan arah positif. Menghargai kenyamanan bersama adalah bentuk etika sederhana yang dapat membuat perjalanan kita, dan perjalanan orang lain, menjadi lebih menyenangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun