Mohon tunggu...
Slamet Widodo
Slamet Widodo Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

Menulis itu Mencerdaskan. Jika Anda ingin cerdas, menulislah! Tidak percaya? Cobalah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Istimewanya (Anak) Perempuan

27 April 2020   10:09 Diperbarui: 27 April 2020   10:11 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. instagram/taqwart

Suatu hari Kang Narto sedang menghadiri undangan reuni SMA-nya. Sebelumnya mereka telah menyepakati untuk mengadakan reuni pada hari Minggu. 

Tempatnya di rumah Tejo. Hal itu dipilih karena rumah Tejo berada di tepi jalan raya. Sehingga mudah diakses dari arah mana pun. Hari Minggu karena kebanyakan mereka libur.

Kang Narto datang sendirian. Tanpa mengajak istri tercintanya. Karena istri Kang Narto baru saja melahirkan anak kedua, beberapa bulan yang lalu. Semua teman Kang Narto juga datang sendirian. Atas kesepakatan bersama, reuni kali ini dikhususkan untuk teman laki-laki saja.

Teman Kang Narto yang menyatakan siap datang ada sepuluh orang. Lainnya berhalangan hadir. Tentu dengan berbagai kesibukan masing-masing. Selain itu, sebagian dari mereka berada di luar Jawa, juga di luar negeri.

Acara reuni kali ini sangat berkesan bagi mereka. Sebab, ini momen kali pertama mereka bertemu. Setelah hampir 20 tahun lamanya mereka berpisah.

Kang Narto datang lebih awal, juga Maman dan Darto. Tejo, sebagai tuan rumah menyambut teman akrabnya selama SMA itu penuh kehangatan. Mereka saling berpelukan. Untuk melepas kerinduan. Wajah-wajah mereka tampak indah, semringah karena mereka bisa bertemu kembali.

Tak lama berselang mereka duduk lesehan di ruang tamu. Ruangannya cukup luas. Desainnya indah dan sedap dipandang mata. Menandakan si pemilik rumah adalah orang kaya. Pantas saja, Tejo adalah bos batu bara.

"Alhamdulillah... Akhirnya kita bisa bertemu kembali," Tejo mengawali pembicaraan. Sembari menyuguhkan madu hangat kepada teman-temannya.

"Alhamdulillah... Iya. Inilah takdir Allah. Jika kita masih sehat dan diberi umur panjang, insya Allah kita bisa ketemu," jawab Kang Narto.

Disusul dengan tiga teman lainnya menyampaikan kabar dan menceritakan keluarga masing-masing. Tak lupa mereka saling bercerita tentang pekerjaannya masing-masing. Obrolan mereka menjadi hangat. Sambil menunggu kedatangan teman-teman lainnya.

Tiba-tiba ada seorang anak kecil lari dari ruang tengah, lalu memeluk Tejo. Iya merajuk. Meminta Tejo untuk menemaninya bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun