Mohon tunggu...
Slamet Widodo
Slamet Widodo Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

Menulis itu Mencerdaskan. Jika Anda ingin cerdas, menulislah! Tidak percaya? Cobalah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Miskin Tak Berhak Sukses (5)

23 Maret 2018   22:38 Diperbarui: 23 Maret 2018   23:02 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Menunggu kedatangan Bapak)

Oleh: Slamet Widodo *)

Adzan Dzuhur berkumandang saling bersahutan dari corong-corong masjid dan surau. Hari semakin siang dan panas. Bulan ini, musim kemarau baru mulai. Orang-orang yang bekerja di sawah, berangsur-angsur pulang meninggalkan pekerjaan mereka di sawah.

Masyarakat di dusunku hampir semua berprofesi sebagai petani. Termasuk Bapakku. Sawahnya luas-luas. Namun, beda dengan bapakku. Ia hanya bekerja di sawah tetanggaku. Sebagai buruh tani.

Sebenarnya kami memiliki sepetak sawah. Tidak luas. Warisan mbah Buyut. Hanya saja, oleh Pak Lek (Paman), digadaikan selama tiga tahun. Jadi, bapakku tidak memiliki garapan sawah milik sendiri. Saya tidak tahu persis, ceritanya bagaimana.

Tak lama setelah Adzan Dzuhur berkumandang, bapak telah tiba di rumah. Sebelum masuk rumah, bapak menyempatkan dulu mandi di sungai yang letaknya di belakang rumah. Kemudian setelah bersih diri, bapak masuk rumah, ganti baju untuk menunaikan shalat Dhuhur di masjid. Selepas sholat, bapak pulang untuk makan siang.

Usai makan siang, aku, bapak dan emak duduk di kursi bale (ruang tamu).

"Pak, Sabtu yang akan datang, aku mulai masuk sekolah di Tsanawiyah. Tapi aku belum punya seragam baru. Teman-temanku sudah dibelikan seragam oleh orang tuanya," ucapku kepada bapak.

"Iya, Le, sabar dulu ya. Mari berdoa kepada Allah Swt. agar kita dimudahkan untuk bisa membeli seragam sekolah," jawab bapak.

"Iya, pak," jawabku.

"Begini Le, besok bapak pamit kerja ke Surabaya. Nanti kalau sudah dapat uang, buat beli seragammu. Kamu di rumah jangan nakal. Jangan lupa shalat lima waktu dan ngaji," begitu pesan bapak kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun