Mohon tunggu...
Widiyarta AgungDwi
Widiyarta AgungDwi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

good person

Selanjutnya

Tutup

Financial

Analisis Kebangkrutan Penting? Simak Hal Berikut

2 Desember 2019   14:56 Diperbarui: 2 Desember 2019   15:36 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Widiyarta Agung Dwi Saputra

Berbisnis pasti punya beberapa resiko, seperti persaingan yang ketat, kerugian, tidak stabilnya perekonomian serta kebangkrutan. Salah satu resiko terbesar dalam bisnis ialah kebangkrutan (bangkrupty), bagi perusahaan pastinya akan sulit menerima bila usaha yang dirintisnya dari nol mengalami kebangkrutan apalagi bagi perusahaan perusahaan yang baru memulai bisnisnya. kebangkrutan dapat dikatakan kondisi dimana suatu perusahaan tidak dapat lagi menjalankan usahanya (gagal) dikarenakan  suatu hal tertentu terutama masalah keuangan (financial dsistress) sedangkan menurut UU No.4 Tahun 1998 adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bial debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Kebangkrutan ini dapat terjadi kepada semua perusahaan, baik pada perusahaan perusahaan baru/startup maupun  perusahaan perusahaan besar. Ada beberapa penyebab terjadinya kebangkrutan, Menurut Darsono dan Ashari (2005:104) mendiskripsikan bahwa penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kebangkrutan yang berasal dari faktor eksternal Meliputi :

  • Perubahan keinginan konsumen/pelanggan,
  • Sulitnya mendapatkan bahan baku,
  • Debitur yang berbuat curang,
  • Hubungan dengan kreditur yang tak harmonis,
  • Persaingan bisnis dari waktu ke waktu yang semakin ketat,
  • Kondisi perekonomian,

Selain dari faktor eksternal kebangkrutan juga dapat dapat berasal dari faktor internal antara lain :  

  • Ketidak efektifan dan tidak cekatannya manajemen,
  • Modal yang dimiliki tak seimbang dengan jumlah utang yang dimiliki, 

Untuk itu, untuk mengantisipasi hal hal tersebut tak terjadi maka setiap perusahaan memerlukan adanya analisis kebangkrutan, analisis ini bertujuan untuk memperoleh tanda tanda awal tentang kebangkrutan sehingga perusahaan dapat dengan mudah mengatasinya dan menemukan solusi. Tidak hanya dengan melakukan analisis kebangkrutan, untuk tetap dapat menjalankan dan mempertahankan usahanya, perusahaan juga harus menarik para investor untuk menanamkan modal pada perusahaannya agar perusahaan dapat  membayar kewajibannya.

Namun kita sebagai seorang  investor harus lebih cermat jika ingin berinvestasi, kita harus tau keadaan jangka panjang perusahaan yang kita ingin beli sahamnya. Apakah kalian mau membeli saham perusahaan yang akan segera  bangkrut? Pasti tidak iya kan. Oleh karena itu kita sebagai investor harus melakukan analisis kebangkrutan kepada perusahaan yang ingin kita beli sahamnya.

Banyak cara dalam melakukan analisis kebangkrutan  dan salah satu model untuk melakukan analisis kebangkrutan adalah model analisis Altman Z-score. Model Altman  Z-score ditemukan pada tahun 1968 oleh Edward I. Altman seorang asisten professor keuangan di New York University.

Model Altman Z-Score merupakan salah satu model analisis multivariate yang dipergunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan tingkat akurasi sebesar  95%, dengan tingkat akurasi sebesar  95 %, model ini dapat dipercaya dan mampu untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan secara akurat. Model Altman Z score ini secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Yang mana X1 merupakan modal kerja terhadap total aktiva, X2 merupakan  laba ditahan terhadap total aktiva, X3 merupakan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total asset, X4 merupakan nilai pasar seham biasa dan preferensi terhadap nilai buku total hutang, X5 merupakan penjualan terhadap total asset.

Karna semakin banyak perusahaan yang belum go publik sehingga tidak memiliki nilai pasar. Maka Altman mengembangkan  model  Z  score dengan mengganti  X4 yang sebelumnya nilai pasar saham biasa terhadap nilai buku total hutang menjadi ekuitas terhadap nilai buku total hutang sehingga model tersebut dapat digunakan untuk perusahaan yang belum go publik. Bila model alternative untuk perusahaan yang belum go public adalah sebagai berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun