Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Apa yang Salah dengan Jojo?

22 Oktober 2018   19:52 Diperbarui: 23 Oktober 2018   10:21 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: solo.tribunnews.com

Ajang Denmark Open 2018 resmi berakhir dengan kemenangan The Minions, Marcus Fernaldy Gideon dan Kevin Sanjaya, sebagai penutupnya sekaligus satu-satunya sektor wakil yang menyumbangkan gelar bagi Indonesia. 

Kevin/Gideon berhasil naik ke podium pertama setelah mengalahkan pasangan ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dengan skor 21-15, 21-16, Minggu (21/10).

Hanya butuh waktu 36 menit bagi pasangan berjulukan The Minions ini untuk menaklukan lawannya. Dilansir dari CNNIndonesia, pada awal gim pertama, pertandingan berjalan cukup ketat. Pasangan ganda putra Jepang mampu mengimbangi permainan Kevin/Gideon. Namun, begitu lepas interval, Kevin/Gideon mampu melesat jauh meninggalkan lawan.

Pada gim kedua, Kamura/Sonoda langsung menekan Kevin/Gideon dengan keunggulan skor 3-0.  Namun, The Minions kita kembali unggul di interval gim kedua dan berlanjut hingga match berakhir.

Prestasi pasangan ganda putra unggulan Indonesia ini memang tak diragukan lagi.

 Dalam satu musim, tujuh gelar juara telah berhasil dikoleksi oleh pasangan ganda putra yang saat ini menduduki peringkat satu dunia ini. 

Pasangan ini terkenal dengan pola permainan cepat yang menyulitkan lawan, sehingga biasanya mereka hanya butuh waktu kurang dari satu jam untuk menyelesaikan permainan, terutama laga-laga yang berlangsung dua gim.

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa Kevin/Gideon memiliki mental yang baik saat menghadapi siapapun pada partai final. Hal ini juga lah yang membuat pasangan ini jarang sekali melakukan eror karena seolah tak lagi mengalami demam panggung saat bermain. Selain itu, permainan yang konsisten juga menjadi nilai plus pasangan ini.

Catatan prestasi The Minions yang gemilang bisa dibilang berbanding terbalik dengan pemain tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie. Bukan menyudutkan, namun faktanya, usai menjuarai nomor perorangan tunggal putra badminton Asian Games 2018, Jonatan Christie nampak belum benar-benar mengeluarkan performa terbaiknya pada ajang Superseries yang telah 4 kali digelar sejak September kemarin.

Sedikit menoleh saat perhelatan Asian Games 2018, Jonatan Christie tampil memukau di hadapan ribuan penonton yang memenuhi tribune Istora Senayan. 

Ia berhasil meraih medali emas di nomor perorangan sektor tunggal putra. Prestasi inilah yang kemudian membuat namanya begitu dielu-elukan oleh jutaan penggemar di seluruh Indonesia. Sebelumnya, pemain yang akrab disapa Jojo ini juga berhasil meraih emas SEA Games 2017 di Malaysia.

Raihan emas di Asian Games ini sedikit banyak mampu menghapus image bejo yang disematkan BL (Badminton Lovers), kepada Jojo mengingat pemain 21 tahun ini kerap kali tidak konsisten dalam permainan. Namun tetap saja, dibalik kritik yang menghujani Jojo, masyarakat berharap prestasi Jojo di Asian Games mampu menjadi titik awal terciptanya prestasi-prestasi Jojo berikutnya.

Pertandingan panjang Superseries dimulai hampir 2 minggu setelah Asian Games berakhir dengan Japan Open sebagai turnamen pertamanya. Di turnamen ini, Jojo langsung terhenti di babak pertama usai takluk dari pemain tunggal putra India, Prannoy H.S. Sangat disayangkan sekali. Faktor kelelahan dianggap menjadi pemicu 'loyo'nya Jojo pada turnamen ini.

Berlanjut ke China Open, Jojo memang berhasil lolos dari R1, namun terhenti di R2 setelah kalah dari pemain tunggal putra Hong Kong, Ka Long Angus Ng. Sebuah kemajuan, namun tetap saja belum bisa dibilang memuaskan. Disisi lain, rekannya sesama pemain tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting malah berhasil melesat hingga ke babak final dan meraih juara setelah menaklukan wakil Jepang, Kento Momota. Raihan ini tak ayal membuat Jojo dibanding-bandingkan dengan Ginting. Banyak warganet yang melontarkan komentar pedas di akun Instagram Jojo. Saya membacanya sendiri.

Perjalanan Jojo masih belum usai. Korea Open telah menanti. Tahun lalu, Jojo berhasil melaju hingga babak final melawan rekannya sendiri, Ginting. Pada all Indonesian final saat itu, Jojo harus mengakui keunggulan Ginting yang berhasil membuatnya berdiri di podium kedua. Di Korea Open tahun ini, Jojo harus  terhenti di babak semifinal setelah kalah dari rekan senegaranya, Tommy Sugiarto. Lagi-lagi sebuah peningkatan, namun saya rasa masih belum menjadi capaian terbaik Jojo.

Di Denmark Open yang baru berakhir hari Minggu kemarin, Jojo kembali harus menelan kekalahan pahit setelah takluk dari pemain India, Sameer Verma dengan skor tipis-tipis 21-23, 21-6, 20-22 pada babak R2.

Dari segi peringkat, sebenarnya Sameer masih jauh dibawah Jojo. Beberapa kali Jojo juga sempat unggul, namun sayangnya ia tak bisa menjaga keunggulan dan justru harus menelan kekecewaan. Padahal pada gim kedua, Jojo unggul sangat jauh. Sebelumnya, banyak BL yang justru berharap Jojo bertemu dengan Shi Yuqi, mengingat Jojo selalu kesulitan menghadapi pemain India yang memiliki stamina tinggi. 

Tampak raut kekecewaan terpancar dari wajah Jojo yang sempat menunduk di lapangan hingga beberapa saat setelah pertandingan berakhir. Ia juga mengungkapkan bahwa ini adalah pertandingan paling mengecewakan baginya.

Saya adalah salah satu penggemar berat Jojo. Jujur, saya baru pertama kali lihat Jojo waktu Asian Games kemarin dan langsung jatuh cinta dengan permainannya yang ciamik. 

Beberapa tahun terakhir saya memang sudah tidak terlalu mengikuti perkembangan bulutangkis Indonesia, namun setelah Asian Games kemarin, euforia kecintaan pada bulutangkis kembali saya rasakan setelah terakhir saya benar-benar antusias dengan bulutangkis pada Thomas & Uber Cup 2008 silam.

Komentar-komentar yang mengatakan bahwa permainan Jojo tidak stabil, Jojo hanya menang bejo, Jojo hanya jago kandang, dan berbagai komentar pedas lainnya tak saya hiraukan. Saya optimis Jojo akan selalu menang pada setiap pertandingan hingga saya selalu mencuri jam kantor untuk tetap menyaksikannya bertanding melalui layanan live streaming.

Namun, 4 pertandingan rasanya sudah cukup tolerir untuk memberikan sepotong 'maklum' pada idola saya ini. Ada sedikit rasa kecewa kala harus menerima kenyataan bahwa Jojo harus kalah, dan kalah lagi. 

Ada apa sebenarnya? Apa yang salah dengan Jojo? Apakah kualitas latihan yang kurang? Apakah kesibukannya menjadi bintang iklan malah menjadi penghalang? Atau memang benar kata orang-orang bahwa Jojo adalah pemain 'menang bejo' yang hanya jago kandang?

Pernyataan itu rasanya terlalu kasar jika kita tujukan pada atlet yang tengah berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Jika saya yang hanya menontonnya saja kecewa, bagaimana dengannya yang harus mengusap peluh dan tetap menegakkan kepala sambil menahan pahitnya kekalahan?

23-28 Oktober mendatang, French Open menanti untuk ditaklukan. Saya harap, setelah puasa gelar yang dialami Jojo dalam beberapa turnamen belakangan ini, ia lebih bersiap untuk mengeluarkan performa terbaiknya. Saya percaya, kekalahan tentu bukanlah yang ia inginkan. 

Kekecewaan yang dialami Jojo pada Denmark Open kemarin saya rasa bisa menjadi cambuk untuknya agar bisa mengevaluasi kesalahan-kesalahan agar tak terulang lagi nantinya. Saya nggak mau terlalu berharap, namun sesama orang Indonesia, hati saya selalu memilih untuk percaya pada mereka, yang walau menang atau  kalah, perjuangannya tetap tak boleh dibayar dengan hujatan yang menjatuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun