Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tubuh Oleng Tak Masalah, yang Penting Akik Tetap Eksis

31 Juli 2015   14:47 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang sekarang kita lagi di jaman batu. Jaman di mana banyak kerumunan di pinggir-pinggir jalan hingga ke rumah-rumah. Inilah akibat fenomena batu akik yang melejit belakangan.

Saat ada kesempatan, di situ ada aktifitas saling pamer batu akik hingga kegiatan gosok-menggosok batu hingga kinclong.

Begitu juga di dalam KRL Commuterline Jabodetabek, saat kondisi kereta penuh berjubel penumpang rupanya bisa menjadi arena pameran batu akik. Coba deh perhatikan tangan-tangan yang berpegangan pada tiang-tiang atau gelang yang bergelantungan. Sebagian besar pemakai cincin batu akan menggunakan tangan di mana batu itu berada untuk berpegangan.

Jika batunya di tangan kiri ya pegangannya pakai tangan kiri. Kalau di kanan ya tangan kanan harus pegangan. Kalau dua-duanya ya tetep harus dua tangan berpegangan bersama. Terus menerus penuh konsentrasi. Meski  posisi berdiri tidak menguntungkan saat pegangan dengan tangan kiri, usahakan tetap gunakan tangan kiri. Tubuh oleng tidak masalah, yang penting batu akik terpampang nyata (pinjam istilahnya Syahrini).

Masalahnya, bagi penumpang pemakai akik yang tidak kebagian pegangan ternyata tetap harus memaksakan diri mengangkat tangan dan jari-jarinya. Entah ditempelin di dinding kereta yang licin atau cuma buat garuk-garuk kepala saja, yang penting batu akiknya kelihatan eksis.

Sepertinya ada tiga alasan mengapa hal itu terjadi. Pertama alasan gaya, karena pria (penggemar batu akik) mana yang  tidak bangga cincin batunya dilihat orang? Siapa tahu ada yang nawar, lumayan kalau harganya cocok. Kalau nggak ada yang nawar, ya lumayan lah buat dilihat-lihat sendiri, senyum-senyum sendiri mengagumi keindahan akik yang menghiasi jari.

Kedua, alasan keamanan. Resiko cincin batu raib di tengah-tengah padatnya KRL tentu sangat besar, maka dari itu cara teraman ya harus cari pegangan di atas. Namanya copet mah bisa beraksi kapan saja dengan cara apapun, termasuk menyikat batu akik tanpa melepas cincin pengikatnya di jari korban. Wuih, hebat amat yak?

Ketiga, alasan tanpa alasan. Memang tanpa alasan apapun karena seolah alam bawah sadar si pemakai akik akan memerintahkan tangan untuk eksis. Lagian buat apa pakai akik kalau tangannya disembunyikan dalam kantong celana?

Gaya paling ekstrim penghobi akik dalam KRL ternyata bukan sebatas itu, ternyata ada saja penumpang yang menggosok batu akik sambil berdiri dalam kereta. Doi cuek saja saat banyak mata memandang karena suara yang ditimbulkannya “srak, srok, srak, srok…”

Toh kegiatan itu legal kok. Kalau menurut peraturan, yang dilarang dilakukan di dalam gerbong antara lain berjualan, merokok, makan dan minum, duduk lesehan di lantai atau duduk di kursi lipat, serta membawa barang berbau tajam. Dengan kata lain tidak ada larangan pamer atau menggosok batu akik di dalam kereta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun