"Ayah, ada berita buruk, nih!"
Kata-kata anak bungsu saya cukup mengagetkan. Baru juga masuk rumah sepulang kerja, ia rupanya sudah tidak sabar menceritakan kejadian di sekolahnya.
"Masak tadi Bu Guru bilang anak-anak kelas IV harus hapus Roblox dan kita nggak boleh main Roblox lagi, kesal aku!" ucapnya.
Saya bahkan belum sempat ganti baju untuk mendengar ceritanya lebih lanjut. Jadi gara-gara ada dua teman di kelasnya bertengkar dengan kata-kata kasar yang didapatkannya dari game Roblox, maka guru di kelas menerapkan larangan para muridnya untuk bermain game itu lagi, bahkan meminta agar mereka menghapus aplikasi itu dari smartphone mereka.
Meskipun sebenarnya para murid memang tidak boleh membawa smartphone ke sekolah, tapi menurut guru anak saya, larangan tersebut tetap berlaku agar anak-anak fokus belajar saja. Tidak terganggu dengan permainan game seperti Roblox.
"Padahal ya Yah, Roblox tuh banyak positifnya juga loh, jadi nggak adil nih aku jadi nggak bisa main lagi," celotehnya.Â
Mendengar ceritanya yang berapi-api, saya justru tergelitik menggali pendapatnya lebih lanjut. Selama ini memang selalu orang tua saya masih mengizinkannya bermain game termasuk Roblox, tentu dengan pengawasan dan batasan waktu tertentu.Â
"Memangnya manfaat positif dari Roblox itu apa saja?" tanya saya padanya.Â
"Banyak dong Yah. Pertama buat hiburan, kan bosan kalau kita disuruh belajar melulu. Eh, di Roblox bisa belajar matematika juga lho, belajar bahasa Inggris juga bisa, kita jadi tahu kata-kata baru, pokoknya bisa bikin kita kreatif deh," ujarnya.Â
"Kalau negatifnya apa?"