Buka bersama (bukber) menjadi tradisi yang melekat di bulan Ramadan. Tradisi bukber diyakini telah ada sejak lama dan berkembang sebagai bentuk kebersamaan umat Muslim saat menjalankan ibadah puasa.
Bukber sebenarnya memiliki tujuan positif antara lain sebagai ajang silaturahmi, ajang pertemuan keluarga, teman kerja, sesama rekan sekolah atau kampus, kolega, hingga komunitas tertentu.
Namun, tidak semua acara bukber berujung positif. Ada kalanya bukber justru menjadi ajang pemborosan, ajang gibah, dan berujung gitu-gitu saja tanpa manfaat yang jelas.
Saya menyebutnya "bukber orang awam". Ya, bukber jenis ini seolah sekedar menuntaskan keinginan membatalkan puasa secara bersama-sama, tetapi tak pernah benar-benar memberikan manfaat spiritual bagi pesertanya.
Ciri-ciri bukber-nya orang awam ini biasanya diselenggarakan di sebuah rumah makan atau kafe dengan ragam menu yang berbeda dan lebih istimewa ketimbang menu buka di rumah.
"Ngapain pesan teh panas, di rumah juga bisa," nah kalimat ini cukup populer terdengar di ajang bukbernya orang awam.
Menu yang dipesan tak jarang yang di luar kemampuan perut untuk menampung. Lebih parah lagi, jika sistem pendanaannya adalah iuran, bisa jadi untuk sekedar bukber bareng "konco-konco" mereka rela memesan makanan dan minuman yang sebenarnya di luar batas aman anggaran.
Bukber yang bernuansa reuni juga kerap menimbulkan friksi dan saling iri. Bukber yang harusnya jadi ajang silaturahmi justru tergelincir jadi ajang saling pamer pencapaian.
Itulah mengapa jasa sewa iPhone laku diminati saat Ramadan. Meskipun sebenarnya nggak punya, tapi setidaknya ada simbol kemakmuran semacam iPhone yang bisa dibawa.