Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bahaya Futsal bagi Bapak-bapak, Nafsu Besar Napas Ngos-ngosan

17 Juni 2021   11:58 Diperbarui: 18 Juni 2021   09:36 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lapangan futsal (Sumber: unsplash.com/Pascal Swier)

Atas nama pergaulan yang dibalut dengan alasan menjaga kebugaran, muncullah tren bermain futsal dalam dekade terakhir ini. Futsal atau sepak bola dalam ruangan, menjadi tren yang muncul di kalangan pekerja kantoran. Klub-klub kantoran bermunculan, demikian pula ajakan latih tanding.

Memang menyenangkan khususnya bagi bapak-bapak penghobi sepak bola ketika bisa berkumpul, bersenda gurau dan mengeluarkan keringat bersama di lapangan. Futsal menjadi semacam pelarian dari penatnya pekerjaan dan segala urusan hidup yang ribet.

Apalagi saat berhasil mencetak gol, rasanya seperti ada sosok pemain idola yang merasuk dalam diri. Terasa hebat dan menyenangkan.

"Keren kan gol gue mirip Ronaldo," kalau ada yang bilang begini, jawab "iya" saja biar tambah senang.

Ingin menjadi "Ronaldo" di lapangan futsal seolah menjadi kewajaran bagi bapak-bapak itu. Bedanya, andai "Ronaldo" lokal itu menggeser segelas kopi di rumah Pak RW, sudah pasti nggak ada pengaruhnya dengan saham kopi tersebut.

Masalahnya, tidak semua pekerja kantoran, terutama yang sudah berlabel "bapak-bapak" memiliki kemampuan dan level kebugaran yang cukup untuk bermain spartan dalam olah raga futsal.

Permainan futsal butuh intensitas lari yang banyak. Lari untuk naik menyerang ke pertahanan lawan dan kemudian bisa berbalik mendadak untuk bertahan dari serangan lawan.

Belum lagi dalam olah raga ini dipastikan ada kontak fisik yang tidak sedikit. Dijegal lawan, kena sikut, terdorong, hingga benturan kepala sudah menjadi resiko yang harus dinikmati.

"Tenang, kita main santai aja kok. Nggak usah terlalu serius," kata-kata ini biasanya muncul untuk merayu kawan agar mau ikut futsal. Padahal bisa jadi ini adalah kalimat promo yang menjebak. Tujuannya sih sebenarnya cuma nyari pemain pelengkap dan nambahin iuran sewa lapangan saja.

Jika sudah terlanjur berada di lapangan, pemain yang lebih banyak jalan santai daripada lari justru kerap dianggap sebagai beban. Nggak dianggap keren sama sekali saat bermain.

Ya, pada akhirnya nafsu dan emosi bisa menguasai ketika sudah berada di lapangan. Niatnya santai dan cari keringat, tapi karena kebobolan gol melulu akhirnya terpancing untuk membalas. Maka makin kencanglah mereka berlari, makin semangat mengejar bola, dan makin deraslah keringat mengucur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun