Mamang Ayam adalah sapaan akrabnya, seorang penjual daging ayam potong keliling. Tiap hari menggunakan sepeda motornya, Mamang Ayam menelusuri jalan-jalan perkampungan di daerah tempat tinggal kami di bilangan Kabupaten Bogor.
Masa pandemi Covid-19 ini memang berdampak luas pada perekonomian, termasuk terhadap saya maupun terhadap pelaku ekonomi kecil seperti Mamang Ayam. Namun bukan berarti harus dihadapi dengan kepanikan berlebihan dan pesimisme yang berujung negatif.
Tiap hari Mamang Ayam bahkan masih tetap tersenyum kepada para langganannya, meskipun saat itu daging ayamnya sedang tidak laku. Senyumannya masih terlihat tulus meski kini tertutup masker kain untuk perlindungan.
"Ya biasa aja sih Pak, masih laku-laku aja, cuman sekarang susahnya banyak kompleks yang ditutup jadi saya nggak bisa masuk," ungkap Mamang Ayam ketika saya bertanya tentang jualannya selama ada pandemi.
"Tapi ternyata rejeki mah ada aja Pak," lanjutnya.
Terhadap pedagang keliling langganan seperti Mamang Ayam, dan beberapa lainnya termasuk kurir paket, memang masih bisa keluar masuk pagar kompleks kami. Tentu saja diiringi dengan protokol pencegahan virus corona seperti menjaga jarak, menyediakan hand sanitizer serta keran air dan sabun untuk cuci tangan mereka.
Tak bisa dibayangkan jika kompleks perumahan kami ikut menutup rapat kehadiran mereka para pedagang keliling yang sudah menjadi langganan warga. Sebagai konsumen kami akan kelimpungan mendapatkan kebutuhan sehari-hari, para pelaku usaha itu pun akan semakin kesulitan mendapatkan nafkah hidupnya. Itulah rentetan dampaknya.
Saya pun kini lebih sering menyambangi warung sayur tak jauh dari rumah untuk membeli kebutuhan harian seperti sembako, sayur mayur dan segala macam bumbu dapur. Demikian pula air minum, ngapain jauh-jauh beli air galon sampai ke toko besar misalnya, jika ada tetangga yang memiliki usaha tersebut dan bisa mengantar ke rumah kita?
Air minum menjadi salah satu kebutuhan harian paling vital di saat pandemi Covid-19 ini. Tak mengherankan jika tukang antar galon air minum di daerah kami terlihat sangat sibuk dan membutuhkan waktu agak lama dari biasanya saat diorder via SMS.
"Iya Pak, maklum orang pada lockdown di rumah masing-masing, jadi butuh banyak air," ucap abang tukang galon.
Dia mengistilahkan "lockdown" bagi orang-orang yang kini lebih banyak berada di rumah untuk work from home (WFH) dan belajar dari rumah. Situasi yang berimbas pada konsumsi air minum yang meningkat, karena jika biasanya minum air saat di kantor atau di sekolah, kini mereka full ada di rumah.