Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Memilih BBM yang Pas untuk Kendaraan Bermotor

2 Januari 2019   11:37 Diperbarui: 2 Januari 2019   11:53 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuk, pintar memilih BBM (foto: widikurniawan)

 

Sebagai konsumen bahan bakar minyak (BBM) Pertamina, siapa tidak senang ketika mendapati antrean yang tidak terlalu panjang saat datang ke SPBU. Hal ini belakangan sering saya dapati ketika antrean dilajur pengisian Premium lebih panjang daripada yang lain. Rasanya lega saat antrean Pertalite dan Pertamax tidak sepanjang Premium.

Hanya saja kemudian saya berpikir, kenapa antrean panjang Premium didominasi kendaraan bermotor keluaran baru? Bukan hanya sepeda motor, mobil pun demikian.

Fenomena ini menjadi bukti bahwa masyarakat umum masih abai dengan fakta bahwa kendaraan bermotor masa kini, terutama keluaran terbaru, dirancang untuk mengonsumsi BBM dengan oktan yang tinggi. Premium jelas tidak sesuai karena hanya memiliki Research Octane Number  atau RON 88.

Nah, untuk sepeda motor terbaru rata-rata memiliki rasio kompresi 9,0 hingga 10 sehingga cocoknya minimal minum Pertalite. Sedangkan untuk kompresi 10 sampai 11 seharusnya mendapat asupan BBM dengan RON 92, dalam hal ini adalah Pertamax.

Pemilihan BBM yang cocok untuk kendaraan bermotor, nyatanya masih berkutat pada seberapa besar "angka-angka" yang ada di dompet kita saat masuk ke SPBU, dan bukan pada angka oktan yang mestinya sesuai dengan tekanan kompresi kendaraan.

Hal yang di satu sisi masih bisa dimaklumi, tapi di sisi lain membuktikan perlunya lebih mendalam pemahaman tentang pemilihan BBM.

Saya bahkan seringkali mengalami sendiri saat menumpang angkutan taksi online dengan mobil keluaran terbaru tapi si sopir sengaja memiih mengisi bahan bakar dengan Premium.

"Ya mau gimana lagi, biar ada selisih Mas," jawaban seperti inilah yang kerap saya dengar ketika saya bertanya mengapa mereka memilih bahan bakar dengan oktan rendah bagi kendaraannya.

Jika menemukan kendaraan seperti itu, sebagai penumpang jelas saya bisa merasakan ada perbedaan performa kendaraan. Mobil yang harusnya sehat dan mulus saat berjalan, ternyata terasa agak kasar dan berat tarikannya.

Bagi taksi online, seharusnya hal ini tidak menjadi kebiasaan. Penumpang yang bisa menilai tentu saja akan mempertimbangkan lagi untuk memakai jasa kendaraan tersebut di masa mendatang.

Ya, karena sudah bukan menjadi rahasia lagi jika angkutan berbasis online seperti itu juga mengharapkan ada tambahan penghasilan dari menyewakan kendaraan di luar pemakaian aplikasi.

Nah, kalau performa mesin kendaraan membuat perjalanan tidak nyaman bagaimana konsumen akan tertarik menggunakannya lagi dengan cara menyewa? Inilah yang kerap tidak disadari akibat tidak berpikir panjang dalam memilih BBM bagi kendaraan bermotornya. Salah memilih BBM ternyata bisa berakibat pada seretnya pemasukan.

Ibarat manusia kalau sering makan dan minum yang sehat dan kaya nutrisi pasti akan lebih sehat dibanding orang yang suka sembarangan makan dan minum tanpa memperhatikan gizi bagi tubuhnya.

Tentu saja orang yang sehat akan lebih menarik dan enak dilihat daripada yang sering terganggu kesehatannya gara-gara kerap jajan sembarangan.

BBM dengan RON 88 atau Premium masih diburu masyarakat (sumber: KOMPAS.COM/ HADI MAULANA)
BBM dengan RON 88 atau Premium masih diburu masyarakat (sumber: KOMPAS.COM/ HADI MAULANA)
Salah pilih BBM bikin "ngelitik"?

Pengalaman saya saat service rutin kendaraan bermotor di bengkel langganan, sepeda motor saya sering mendapat pujian teknisi bengkel yang mengatakan bahwa mesinnya terawat dan terlihat awet. Sebaliknya, saya pun sering melihat "pasien" bengkel yang ditertawakan teknisi bengkel karena meskipun termasuk keluaran baru, mesin sepeda motor sudah terdengar "ngelitik".

"Padahal kalau motor begini pakainya Pertamax terus ya nggak bakalan ngelitik," itulah pendapat teknisi bengkel langganan saya.

Jadi memang ada harga ada kualitas. Meskipun lebih mahal, BBM beroktan tinggi akan semakin baik bagi performa mesin kendaraan. 

Nah, bicara soal "mahal" di sini juga tidak seperti yang terlihat di awal. Apa gunanya bayar murah jika kemudian kendaraan kita butuh biaya perawatan yang lebih tinggi karena harus keluar masuk bengkel?

Sangat penting dipahami bahwa dalam memilih BBM seharusnya bukan berdasarkan harga, tetapi kesesuaian dengan mesin kendaraan dan bilangan oktan. Angka oktan yang tinggi yang digunakan bagi kendaraan bermotor dengan nilai kompresi yang pas akan membuat pemakaian bahan bakar yang lebih hemat atau irit.

Memang semua orang suka dengan rumus "murah tapi berkualitas". Jujur, saya juga suka kok. Namun, harapan itu bisa jadi sulit terwujud jika kita hanya melihat di satu sisi saja.

Coba jika kita melihat dari berbagai sisi, tentu bisa dirasakan bahwa yang semula kita anggap mahal untuk membayar BBM dengan oktan yang tinggi ternyata ujung-ujungnya terasa murah karena kita mendapat kualitas, kenyamanan dan keawetan mesin.

Jangankan mesin "ngelitik", bisa dipastikan juga tak bakalan ada orang "ngeledek" saat kendaraan kita mengonsumsi BBM dengan benar.

Petugas melayani pembeli BBM jenis Pertalite (Sumber: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
Petugas melayani pembeli BBM jenis Pertalite (Sumber: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun