Mohon tunggu...
Widhy Singkong
Widhy Singkong Mohon Tunggu... profesional -

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Batu Purba Kemaluan Wanita

21 Juli 2011   16:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:29 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_124180" align="aligncenter" width="664" caption="Batu Bergores monolit megalitik di Kampunh Cidaresi, Cipeucang, Kab. Pandeglang."][/caption] SETELAH beberapa waktu lalu berkunjung ke Menhir Cihunjuran yang terletak di sebuah kolam mata air, di Kecamatan Mandalawangi atau lereng utara Gunung Pulosari, saya semakin tertarik menelusuri situs-situs lainnya yang tersebar di sekitar Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Alkisah dalam sejarah Banten dikatakan Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin melakukan perjalanan dengan tujuan ke Gunung Pulosari yang menurut Sunan Gunung Jati merupakan wilayah Brahmana Kandali. Di atas gunung itu hidup delapan ratus ajar-ajar yang dipimpin Pucuk Umun. Hasanuddin diberitakan konon tinggal bersama mereka selama sepuluh tahun lebih. Keberadaan Gunung Pulosari yang dipercaya sebagai salah satu gunung keramat diperkirakan telah muncul jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banten Girang yaitu kerajaan yang bercorak Hindu/Buddha sebelum berdirinya Kesultanan Banten Islam. Berita-berita dari beberapa pakar kepurbakalaan seperti Pleyte mengisahkan Sanghyangdengdek berdasarkan sumber cerita Ahmad Djayadiningrat pada tahun 1913 dan NJ Krom dalam Rapporten van der Oudheikundingen Diens in Nederlandsch Indie tahun 1914 menyatakan pula bahwa di seputar Kabupaten Pandeglang ada peninggalan arkeologi berupa arca nenek moyang. Salah satu arca yang dimaksud adalah patung tipe polinesia di Tenjo (Sanghyangdengdek). Gunung Pulosari yang dikenal sebagai gunung keramat dapat dikatakan sebagai salah satu pusat peradaban masa lalu di daerah Banten. Pernyataan ini tentunya didukung bukti-bukti peninggalannya. Salah satu bukti peninggalan yang saya datangi pada Rabu (20/07/2011) adalah Batu Bergores di Kampung Cidaresi, Desa Palanyar, Kecamatan Cipeucang (dulu Kecamatan Cimanuk). Lokasinya berada di lereng sebelah selatan Gunung Pulosari. Batu Bergores Cidaresi adalah sebuah batu monolit megalitik yang memiliki goresan-goresan sangat berlainan dari batu-batu bergores di tempat lain. Goresan pada batu itu berbentuk segi tiga dengan lubang di tengah-tengah sehingga menyerupai kemaluan wanita. Karena itu, penduduk setempat menamakannya "batu tumbung" yang berarti kemaluan wanita. Diduga batu Cidaresi ini menggambarkan simbol kesuburan, atau sebagai lambang kesucian wanita. Batu Bergores Cidaresi saat ini sudah dilindungi oleh pagar agar terjaga kelestariannya.*** [caption id="attachment_124182" align="aligncenter" width="664" caption="Batu Bergores tampak dari belakang."]

1311265882640514832
1311265882640514832
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun