Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yang Saya Lakukan Begitu Terkonfirmasi Positif Covid-19

25 Januari 2021   19:03 Diperbarui: 18 Februari 2021   19:55 2833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Freepik.com | JCOMP

Bu R, petugas khusus yang mengontak saya.

Bu R: Mbak berarti isoman di rumah?
W: Iya Bu.. Dari gejala hari keempat, saya sudah di kamar terus.
Bu R: Sudah betul itu. Kalau kamar mandinya, ada satu atau dua?
W: Satu, Bu. Tapi semua alat mandi sudah pisah. Tiap ke kamar mandi juga saya bersihkan.
Bu R: Ohh tetep gak boleh. Kasihan orangtuanya. Kalau begitu saya bantu rujukkan saja ya Mbak.

Sebaik-baiknya Ibu R membantu saya, ketersediaan kamar rujukan bukanlah wewenang Bu R. Pada hari ketika saya melapor, Bu R mengatakan RSDC Wisma Atlet sedang penuh sehingga saya masuk antrean dan harus menunggu kepastiannya lebih dari 24 jam. Padahal, dalam masa normal, proses ini hanya berlangsung dalam satu hari.

Satu informasi, di DKI Jakarta, kita tidak bisa memilih lokasi rujukan. Biasanya, lokasi rujukan pasien digolongkan berdasarkan level gejalanya. Kalau OTG bisa ke hotel rekanan pemerintah, kalau gejala ringan hingga sedang bisa ke RSDC Wisma Atlet, kalau berat tentu saja ke RS yang memiliki alat lebih mumpuni. Jadi please, ikut aja saran dari mereka. Jangan pilih-pilih.

Salah satu lokasi isoman di DKI Jakarta: RSDC Wisma Atlet Kemayoran | Dokpri Widha Karina
Salah satu lokasi isoman di DKI Jakarta: RSDC Wisma Atlet Kemayoran | Dokpri Widha Karina
Sayangnya, tanpa pilih-pilih pun saya tetap sulit mendapatkan lokasi rujukan. Saya mesti menunggu 3 hari sampai akhirnya mendapat kamar di RSDC Wisma Atlet. Berarti totalnya, saya terlebih dahulu melakukan isoman darurat di rumah selama 6 hari sejak bergejala walau kondisi rumah tak memadai. Tips-nya ada di nomor selanjutnya.

4. Isoman di rumah

Ingat, kondisi rumah saya dianggap tidak memadai untuk melakukan isoman. Jika sudah layak, mungkin Anda tak perlu melakukan beberapa hal di bawah ini. Untuk keluarga kami, inilah kerja sama keluarga yang dibutuhkan saat isoman darurat selama 6 hari:

  • Pisahkan orang positif dan negatif.
  • Ruangan/kamar yang memuat orang sakit sebaiknya memiliki ventilasi ke luar rumah sehingga udara kamar tersirkulasi dengan baik. Jika tidak, atur waktu sesering mungkin supaya keseluruhan rumah mengalami pergantian udara secara berkala.
  • Semua anggota keluarga wajib bermasker, rajin cuci tangan, dan mandi.
  • Semprot disinfektan pada semua benda yang telah disentuh oleh orang sakit.
  • Jangan berganti alat makan. Masing-masing orang harus memiliki alat makannya sendiri.
  • Cuci piring dan pakaian masing-masing. Alatnya juga dipisahkan ya (misal: kantong sampah, sabut cuci & sikat).
  • Pisahkan alat mandi, termasuk gayung.  Lebih baik, alat mandi orang sakit dibawa keluar kamar mandi jika sudah dipakai.
  • Jika rumah tak terlalu besar, atur supaya orang sakit bisa menuju kamar mandi bergantian tanpa berpapasan dengan anggota keluarga lainnya.
  • Orang sakit, bawalah selalu semprotan disinfektan supaya langsung bisa menyemprot semua benda yang barusan dipegang. Setelahnya, hindari memegang terlalu banyak benda ya.
  • Jika punya waktu lebih, orang sakit bisa sikat sendiri lantai kamar mandi/WC setelah habis dipakai, sesering mungkin sebelum dipakai orang lain.
  • Komunikasi jarak jauh. Cukup taruh makanan depan pintu kamar orang sakit.
  • Jika orang sakit mengalami gejala cukup parah sehingga tidak bisa melakukan hal di atas dan perlu dibantu, maka orang yang membantu harus ekstra membersihkan diri setelahnya.
  • Jika orang sakit dapat mengurus dirinya sendiri, pikirkan untuk mengungsikan anggota keluarga yang tidak sakit ke hunian terpisah. Jangan lupa, di hotelnya tetap semprot-semprot, lap-lap handel, lapisi bantal dengan kain sendiri, dan jaga protkes juga ya!

5. Makan bernutrisi, konsumsi obat dan vitamin

Jika ada anggota keluarga yang sudah positif Covid-19 tapi belum mendapat rujukan seperti saya, siapkan beberapa obat pereda gejala dan gempur dengan vitamin dosis tinggi (kadang diberi juga oleh Puskesmas). Tak hanya orang sakit, orang yang serumah dengan Anda harus tetap mempertahankan kondisi dengan sajian bernutrisi dan minum vitamin.

Berikut adalah obat dan vitamin dasar yang saya konsumsi sebelum masuk RSDC Wisma Atlet. Untuk obat, karena tiap pasien memiliki gejala yang berbeda, maka saya sarankan Anda untuk konsultasi ke Halodoc, Alodokter, SehatQ, dan penyedia jasa konsultasi kesehatan lainnya supaya aman. Murah kok konsultasinya, bahkan ada yang gratis!

  • Vit C (ada merk yang dosis tinggi dan sudah mengandung Zinc dan vit D)
  • Vit D
  • Parasetamol (untuk pereda demam, pusing, nyeri sendi/pegal)
  • Imunomodulator (buat nge-boost imun. Tapi jangan terlalu sering ya)
  • Obat maag/lambung (kalau ada reaksi karena vit C atau obat yang kurang nyaman di lambung)
  • Madu (ya meskipun saya nda suka madu)
  • Minyak kayu putih (bukan buat diminum, tapi buat dioles kalau pegal dan dihirup-hirup untuk terapi anosmia)

6. Bonus: Jika orang sakit berhasil dirujuk

Karena biasanya info kepastian rujukan disampaikan mendadak (hanya selisih menit, sudah harus sampai Puskesmas untuk naik ambulans ke RSDC Wisma Atlet!), orang yang sakit tidak punya waktu cukup banyak untuk bersiap-siap. Maka, begitu mengajukan rujukan dan dipastikan masuk waiting list-nya, mulailah berkemas. Daftar bawaannya akan saya tulis di artikel selanjutnya.

Jelang keberangkatan, saya sendirian di rumah karena kedua orangtua sudah diungsikan sementara ke hotel. Supaya kelak orangtua aman memasuki rumah, saya memasukkan alat makan, bantal, dan benda-benda yang sudah dipegang ke dalam trash bag. 

Pakaian dan sprei bekas langsung saya rendam dalam ember berisi air deterjen. Lokasi seperti sofa, lemari, yang saya nggak bisa saya masukkan trash bag (hehehe) saya tempeli dengan label "hati-hati" atau disegel dengan tulisan "jangan dibuka".

Trash bag berisi bantal dan guling yang saya pakai saat sakit. | Dokpri Widha Karina
Trash bag berisi bantal dan guling yang saya pakai saat sakit. | Dokpri Widha Karina
Label
Label
Orangtua saya datang keesokan hari untuk menyemprot/disinfeksi seluruh rumah, terutama kamar saya. Pakaian yang direndam pun dibantu untuk dicuci. Keduanya membersihkan rumah dengan sangat teliti, sebelum akhirnya menempatinya kembali tiga hari kemudian.

Semoga Anda tidak perlu mempraktikkannya di rumah
Jadi, itulah hal yang saya dan keluarga lakukan ketika saya terkonfirmasi Covid-19 hingga saya mendapat rujukan ke RSDC Wisma Atlet. Tentu saja skenario isoman darurat di rumah tidak berlaku bagi Anda yang memiliki gejala berat seperti sesak napas, saturasi oksigen di bawah normal, apalagi dengan riwayat memiliki penyakit penyerta. Jika itu yang terjadi, mutlak Anda harus segera minta rujukan ke RS melalui Puskesmas! Jangan isoman di rumah karena Anda butuh terus dipantau dari waktu ke waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun