Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Albin Goes to Yogyakarta

10 Juli 2023   21:51 Diperbarui: 10 Juli 2023   22:16 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan ke Yogyakarta. (foto: Widadi)

"Pah, pertengahan Juni nanti sekolah mama mau jalan-jalan ke Jogya bareng keluarga."

"Trus."

"Papa ikutan ya?"

"Insya Allah ikut."

Demikian percakapan saya dengan istri di awal bulan Juni 2023.


Hari yang kami tunggu pun tiba. Jumat, 16 Juni 2023 pagi saya berangkat ke sekolah untuk mengajar terlebih dahulu. Ba'da istirahat pertama saya berpamitan kepada kepala sekolah. Di luar ruangan tampak  hujan mulai turun. Saya "ngegrab" dari Radio Dalam tempat saya bertugas  Bang Edi, driver ojol langganan membawa saya menyusuri Jalan Arteri Pondok Indah menuju TK Al Azhar 17 Bintaro (Albin) tempat istri bertugas.

Perjalanan sudah memakan waktu sekitar 20 menit. Hujan tak kunjung reda justru semakin lebat.

Sesampai di Jalan Rempoa, jas hujan yang kami pakai tak mampu menahan derasnya hujan disertai angin kencang.

"Bang Edi sebaiknya kita neduh dulu." Kata saya kepada driver ojol

"Iya Pak."

"Tuh di kiri depan ada pohon besar kayaknya."

"Siap Pak."

"Lha itu di belakang pohon ada warteg, sekalian makan yuk."

"Waduh, saya udah makan, Pak."

"Yaudah setidaknya ngopi."

"Baik Pak."

Sekitar 23 menit berlalu hujan pun reda. Nasi rames dan teh tawar yang saya pesan pun sudah habis. Kami melanjutkan perjalanan menyusuri Jalan Rempoa menuju Jalan Imam Bonjol, hingga tepat pukul 11.06 WIB tiba di parkiran Albin. Albin adalah nama populer untuk sekolah Al Azhar Bintaro. Di lokasi tersebut setidaknya terdapat PAUD-TK Albin, SD Albin dan SMP Albin. Nah istri saya ngajarnya di TK Albin ini. Saya memperkenalkan diri dan minta ijin ke security masjid kemudian  berkenalan dengan beberapa guru dan keluarganya.

"Bu Eka, tuh misua udah datang." Teriak Bu Neneng dari dalam kelas

"Alhamdulillah."Jawab istri

"Assalamu'alaikum Ustadz Ubed." Saya menegur suami Bu Neneng

"Wa'alaikumusssalam." Jawab Ustadz Ubed.

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi."

Kami pun asyik berbincang-bincang di ruang kekas sambil makan bubur. Sesaat kemudian kami menuju masjid untuk shalat Jumat.Ba'da shalat Jumat, keluarga besar TK Al Azhar 17 Bintaro telah siap goes to Yogyakarta. Para guru dan keluarganya satu persatu memasukkan koper dan barang bawaan lainnya ke bagasi bus. Dua bus Pandawa 87 warna biru siap mengantar kami ke Yogyakarta. Sesaat kemudian kami foto bersama di depan salah satu ruang kelas. Ada yang jongkok ada pula yang berdiri sambil membentangkan spanduk. Sebentar kemudian kepala sekolah (Ibu Tuti) berteriak lantang.

"Albin goes to Yogyakarta 16-19 Juni 2023."

"Albin." Guru yang lain menimpali

"Ceria." Jawab mereka serentak

Sesaat kemudian kami menuju bus Pandawa 87 warna biru. Rombongan dibagi menjadi 2 sesuai dengan jumlah bus.

Kini semua sudah berada di dalam bus. Saya, istri dan Devan (anak kami) berada di bus 1. Di bus 1 mula-mula Bu Tuti (kepala sekolah) mengecek kesiapan dan bertegur sapa dengan para guru dan keluarganya. Sejurus kemudian Bu Iim memimpin doa dan dzikir sore hari. Bus melaju pelan keluar dari halaman parkir sekolah menyusuri Jalan Imam Bonjol.

"Titip sekolah ya Pak." Teriak beberapa guru kepada security sekolah

"Siap 86 Bu." Jawab security

"Wah nyambung nih, security siap 86 busnya Pandawa 87." Canda kami

"Terus 88 nya apaan dong?" Canda yang lain

Kami tertawa lepas. Bus melaju kencang, untuk menghibur hati dan mengisi waktu luang sebagian dari kami karaokean. Jam tangan menunjuk pada pukul 15.20 WIB  bus berhenti sejenak di KM 29. Kami shalat Ashar di Masjid terdekat. Sesaat kemudian rombongan ada yang ngopi, ngeteh bahkan memesan pop mie. Perjalanan pun dilanjutkan. Pak Jamal selaku guide tour sesekali menceritakan berbagai hal yang kami lihat dan lewati sepanjang perjalanan. Allah berfirman di dalam surah Al-An'am ayat 11 yang artinya "Berjalanlah di bumi dan lihatlah."

Waktu shalat  Isya' bus berhenti di depan Rumah Makan Bu Tomo, sontak kami turun dan berlarian menuju toilet. Beruntung kamar toilet tersedia cukup banyak. Sebagian yang lain menuju meja makan yang sudah tertulis nama guru Albin berikut keluarganya. Sementara yang lainnya menuju musholla untuk sholat Maghrib dan  Isya.

Rumah Makan Bu Tomo. (Foto: Widadi)
Rumah Makan Bu Tomo. (Foto: Widadi)

 

"Mantap satenya Pak Sony." Kata saya memecah keheningan

"Iya, sopnya juga." Kata Pak sony

"Pak Jamal guide tour kita pintar memilih tempat makannya."

"Lha iyalah, beliau kan udah banyak makan garam."

"Maksud Kak Dadi?"

"Pak Jamal sudah banyak pengalaman."

"Oh kirain...."

Setelah semua rombongan menikmati hidangan dari Rumah Makan Bu Tomo kami menuju bus untuk melanjutkan perjalanan. Rintik hujan mengiringi kami selama dalam perjalanan malam itu. Sebagian dari rombongan tertidur pulas karena udara dingin dan perut kenyang.

"Pah, busnya keren ya." Kata Devan

"Lha iya dong, Marcedes."

"Double decker maksudnya apaan Pah?"

"Coba Devan tanya ke drivernya?"

Sepertinya Devan malu bertanya pada driver, ia searching di internet. Tiba-tiba bus berhenti, Pak Jamal guide tour mempersilakan kami turun di KM 429 untuk menikmati kuliner dan shalat tahajud. Ketika akan memasuki tempat wudhu kami terkejut karena sangat gelap. Namun begitu kami masuk ruang wudhu tiba-tiba lampu menyala terang. Kami semakin kaget.

"Siapa yang nyalain lampu?" Tanya beberapa teman

"Nggal ada, nyala sendiri."

"Ih serem." Kata teman lainnya

"Mungkin ruangan ini menggunakan sensor suhu tubuh." Jawab yang lainnya

"Ooo.....

Seketika itu rasa takut pun hilang diterangi cahaya lampu. Lebih dari 30 menit kami berada di KM 429, kemudian kembali masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan. Setelah bus berjalan beberapa menit sebagian besar rombongan Albin Ceria terlelap untuk beberapa waktu. Tiba-tiba kumandang adzan Subuh membangunkan kami dari tidur yang mengesankan di dalam Bus Pandawa 87. Bus berhenti di Masjid Jami' Al Aqsho, Klaten. Rombongan pun shalat Subuh kemudian sebagian menyantap roti yang sorenya sudah dibagikan panitia. Sebagian lainnya menikmati udara pagi sambil ngopi, ngeteh, ngejahe di bawah pohon yang rindang.

Masjid Jami' Al Aqsho, Klaten. (Foto: Widadi)
Masjid Jami' Al Aqsho, Klaten. (Foto: Widadi)

"Papah kok jalannya sendirian sih nggak bareng mama." Rengek istri saya

"Papa tuh motoin dan videoin momen penting ini."

"Iya sih tahu, tapi mama nggak enak ama teman-teman."

"Nggak enaknya kenapa, Ma?"

"Ya dikiranya kita lagi marahan."

"Ah Mama nih yang mboten-mboten aja."

"Makanya Papa jangan jauh-jauh."

"Ya enggaklah, mereka juga pasti tahu kalau papa sibuk jepret sana, jepret sini."

Perjalanan berlanjut hingga sampai di Hotel Royal Brongto, Jalan Suryodiningratan No. 26, RW.03, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta  tempat kami menginap selama 3 hari 2 malam. Pilihan ini tepat mengingat sebagian dari kami membawa serta anak-anak kecil. Hotel Royal Brongto tempat yang aman dan nyaman dengan pendopo dan halaman yang luas.

Hotel Royal Brongto. (Foto: Widadi)
Hotel Royal Brongto. (Foto: Widadi)

Pagi yang indah. Matahari bersinar cerah, menyinari halaman Hotel Royal Brongto. Burung-burung pun berkicau riang. Saya membuka wa dari Bu Ika.

"Kak Dadi nanti langsug yang ngisi senam pagi dan ice breaking ya."

"Iya siap, tapi sebaiknya saya ngisi ice breakingnya saja."

Senam dan ice breaking hanya sebentar sekedar untuk melemaskan otot-otot, kemudian kami sarapan pagi. Setelah sarapan bagi di hotel rombongan Albin Ceria berkemas menuju bus untuk berwisata ke Pantai Drini yang beralamat di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanungsari, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Bus Pandawa 87 berjalan perlahan. Pak Jamal sebagai guide tour menceritakan sejarah kota Yogyakarta dengan semangat. Sebentar kemudian rombongan bergantian karaokean. Pak Reza memulainya dengan lagu-lagu nostalgia. Peserta Albin goes to Yogyakarta lainnya nimbrung.

Giliran saya diminta ikut menyumbang suara. Saya nyanyikan lagu Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade disusul kemudian dengan lagu-lagu lama dari Koes Plus. Pukul 06.12 WIB rombongan sudah sampai di Pantai Drini. Kami keluar dan turun dari bus. Sebagian ada yang langsung berlari menuju toilet karena kebelet pipis. Sebagian lainnya menikmati udara pantai. Sementara yang lainnya menuju Rumah Makan Mutiara.

Rumah Makan Mutiara. (Foto: Widadi)
Rumah Makan Mutiara. (Foto: Widadi)

Puluhan kelapa muda yang disajikan pemilik warung menggoda iman. Kami pun bergegas menghampirinya. Nasi, sayur bening dan lauk pauk menyusul kemudian. Setelah kenyang kami menyusuri jalan dan gang menuju pantai. Bau amis tak bisa kami hindari karena di kanan dan kiri gang pedagang menjual aneka ikan asin dan hasil laut lainnya. Kaos, baju, celana, topi dan asesoris lainnya juga dijual di sepanjang gang menuju pantai.

Sesampai di pantai, sejauh mata memandang tampak birunya air laut dan putihnya deburan ombak menggoyang puluhan bahkan ratusan perahu karet yang disewa dan dinaiki pengunjung. Bermain di pantai dengan perahu karet sangat menyenangkan. Ikan-ikan tampak berenang ditimpa sinar matahari yang berkilauan, di dasar pantai tampak terumbu karang dan bebatuan kecil menambah pesona alam pantai Drini.

Pantai Drini. (Foto: Widadi)
Pantai Drini. (Foto: Widadi)

Usai menikmati keindahan pantai Drini kami menuju obyek wisata Pinus Pengger yang terletak di Dlingo, Bantul. Perjalanan menuju Pinus Pengger terasa menyenangkan. Sesekali kami melihat  luasnya hamparan sawah dengan padi yang mulai menguning dan alam pegunungan yang indah melalui jendela kaca dari dalam bus Pandawa 87. Pak Jamal guide tour kami tak henti-hentinya menceritakan berbagai hal terkait obyek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengagumkan.

Pinus Pengger. (Foto: Widadi)
Pinus Pengger. (Foto: Widadi)

Rombongan Albin Goes To Yogyakarta tak lupa mengunjungi Goa Pindul yang melegenda. Goa tersebut beralamat di Jl. Goa Pindul Gelaran 2, RT.3/ RW.16, Bejiharjo, Kec. Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Baru saja kami keluar dari bus dihadang oleh ibu-ibu yang  menawarkan dagangannya berupa tempat untuk menyimpan hape. Teman-teman yang ingin menikmati sensasi Goa Pindul membelinya. Kemudian mereka memasuki ruang tunggu. Mas Edi, operator dari Goa Pindul menjelaskan tata cara mengitari Goa Pindul dengan perahu karet. Berbicara tentang goa saya jadi teringat dengan doa para pemuda dalam Ashabul Kahfi; "Ya Tuhan kami. Berikankah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan ini."

Goa Pindul. (Foto: Widadi)
Goa Pindul. (Foto: Widadi)

Setelah puas uji nyali di Goa Pindul rombongan masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan ke Pinus Pengger. Perjalanan yang panjang dan melelahkan di dalam bus memaksa kami untuk menghibur diri. Sesekali pula kami bergantian karaokean sehingga perjalanan menjadi menyenangkan. Pinus Pengger terleak di Jalan Dlingo-Patuk, Sendangsari, Terong, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Sesampai di pintu masuk obyek wisata Pinus Pengger kami mengabadikan pemandangan yang indah dengan latar belakang ribuan pohon pinus yang berdiri menjulang ke langit. Inilah bukti nyata keindahan alam ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Menciptakan. Allah berfirman di dalam surah Al Hijr ayat 19 yang artinya "dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran."

Perjalanan memang menyenangkan, tetapi perut lapar nggak bisa dibiarkan. Sore itu kami mampir di Rumah Makan Sendang Ayu yang beralamat di antara Jl. Raya Solo-Yogyakarta, tepatnya di Bendan, Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Menu apa saja yang ada disitu ? Bawal goreng, bawal bakar kecap, bawal bakar rempah manis, bawal bakar rempah pedas, bawal bakar rica-rica, bawal lombok, dan masih banyak lagi. Rombongan Albin Ceria puas dengan menu yang dihidangkan hingga tiba waktu shalat Ashar. Suasana seperti ini mengingatkan saya pada ayat yang diulang sebanyak 31 kali pada surah Ar Rahman yang artinya "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

Malam yang indah. Di langit Timur tampak bintang berkilauan. Kami mampir di Gudeg Bu Tjitro. Sesaat setelah bus berhenti di area Rumah Makan Gudeg Bu Tjitro rombongan berlarian menuju toilet yang berada di lantai bawah gedung. Kemudian kami naik ke lantai atas dan bergantian menyendok nasi, gudeg, telur, ayam dan krecek lengkap dengan teh manis dan kerupuknya.

Gudeg Bu Tjitro. (Foto: Widadi)
Gudeg Bu Tjitro. (Foto: Widadi)

"Wah cita rasa yang sulit dilupakan nih Bu Eka." Kata Bu Neneng

"Iya betul, ngangenin." Kata istri

"Lha bukannya di Jakarta juga banyak orang berjualan gudeg." Timpal saya

"Iya Pak, tapi nggak selezat gudeg Bu Tjitro ini."

Sebagai orang asli Bantul yang sudah akrab dengan gudeg saya merasa tersandung eh tersanjung dengan obrolan Bu Neneng dan istri. Sebelum kembali ke Jakarta rombongan mampir kuliner di Jejamuran yang terletak di Desa Niron, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Wow mengagumkan, sebagian besar menunya terbuat dari jamur. Ada sate jamur, tongseng jamur, pepes shintake, pepes jamur merang, pepes jamur kancing, pepes jamur tiram, rendang jamur, jamur goreng tepung, gudeg jamur, dadar shintake, asam manis, jamur bakar pedas, jamur goreng penyet, sop jamur dan masih banyak lagi.  Pokoke uenak tenan.

Kuliner Jejamuran. (Foto: Widadi)
Kuliner Jejamuran. (Foto: Widadi)

Sebelum kembali ke Jakarta kami membeli oleh-oleh di Bakpia Djava. Sugeng Rawuh di Bakpia Djava. Demikian tulisan yang kami baca sesaat setelah memasuki area Bakpia Djava yang beralamat di Jl. Laksda Adisucipto KM.8, RW.3, Kalongan, Maguwuharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Terdapat berbagai varian rasa bakpia yang memanjakan lidah, di antaranya kacang ijo, kumbu hitam, coklat, coklat kacang, keju, blueberry, durian dan susu. Harga berkisar antara 35.000-50.000 rupiah untuk satu dus. Di tempat tersebut juga menjual aneka oleh-oleh misalnya keripik,  peyek tumpuk, peyek bayam, getuk magelang, carica dieng, dan berbagai minuman tradisional.

Toko Bakpia Djava. (Foto: Widadi)
Toko Bakpia Djava. (Foto: Widadi)

Sebelum kembali ke Jakarta kami mengikuti acara kebersamaan yang diadakan di Pendopo Hotel Royal Brongto. Acara dimulai dengan menikmati hidangan malam kemudian penampilan group musik setempat. Acara bertambah seru dengan adanya lomba memasukkan bola ke dalam keranjang yang diikuti oleh anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan lomba tebak lagu dan murojaah Juz 'Amma yang diikuti oleh anak-anak remaja. Seiring dengan berjalannya waktu acara semakin hangat dan seru dengan lomba memindahkan kain sarung yang dimainkan oleh para guru kemudian ditutup dengan tukar kado. Wow, mantul.

Memasukkan bola ke dalam keranjang. (Foto: Widadi)
Memasukkan bola ke dalam keranjang. (Foto: Widadi)

Berkunjung ke Yogyakarta tak lengkap tanpa membeli batik. Maka kami pun mampir di Toko Batik Yudhistiro yang beralamat di Jl. Taman Siswa, No. 150 A, Wirogunan, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta. Sebelum keluar dari bus kami dikagetkan oleh suara Pak Jamal sebagai guide tour.

"Bapak-bapak tolong dipegangi tangan istrinya jangan sampai kesurupan."

Sontak para bapak pun tertawa ria, sedangkan para istri mesam mesem.

"Wow luar biasa, aneka motif batik tertata rapi." Teriak beberapa teman

Demikian, tak henti-hentinya kami berdecak kagum begitu memasuki toko. Saya mengitari aneka motif batik yang dijajakan di lantai dasar kemudian naik ke lantai 2 dan melanjutkan ke lantai 3. Semua motif batiknya benar-benar keren. Terakhir saya naik ke lantai 4 untuk shalat Ashar.  Wow, lengkap sudah kegembiraan Albin Goes To Yogyakarta.

"Tahun depan Albin Goes To Bali ya Bu." Teriak para guru

"Insya Allah." Jawab Bu Tuti

"Kak Dadi, terimakasih video-video shortnya ya." Kata Bu Tuti

"Iya sama-sama Bu, semoga berkenan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun