Menjadi Negara dengan Banyak Penduduk Tak Sama dengan Negara Kuat
Banyak yang mengira bahwa bonus demografi otomatis akan membawa kemajuan. Faktanya, tanpa kebijakan yang visioner, Indonesia justru berisiko mengalami bencana demografi: meningkatnya pengangguran, rendahnya produktivitas, serta konflik sosial akibat kesenjangan dan frustasi sosial.
Laporan World Bank (2022) menyebutkan bahwa kunci dari keberhasilan bonus demografi adalah investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan regulasi ketenagakerjaan yang fleksibel serta inklusif. Sementara itu, OECD (2021) menegaskan pentingnya regulatory impact assessment (RIA) untuk memastikan setiap kebijakan yang lahir sesuai dengan kebutuhan dan realitas zaman.
Kita Perlu Kendaraan Baru, Bukan Pelana Lama
Metafora "kuda mati" sangat kuat. Tapi saya ingin menambahkan: kita tidak hanya perlu berhenti menungganginya, tapi juga perlu menciptakan kendaraan baru---berbasis data, kolaboratif, dan adaptif terhadap tantangan zaman. Selama pemerintah hanya berputar di zona nyaman, rakyat akan terus menyeret beban regulasi usang, kehilangan arah, bahkan kehilangan harapan.
Bonus demografi tidak akan menunggu. Kalau kita tak segera bertindak, yang kita tinggalkan bukanlah jejak kemajuan, tetapi deretan peluang yang terlewat.
Referensi:
1. Bloom, D.E., Canning, D., & Sevilla, J. (2003). The Demographic Dividend: A New Perspective on the Economic Consequences of Population Change. RAND Corporation.
2. BPS (2021). Proyeksi Penduduk Indonesia 2020--2035.
3. Anderson, J.E. (2015). Public Policymaking. Cengage Learning.
4. OECD (2021). Regulatory Policy Outlook: Enhancing Regulatory Quality for Economic Recovery.