Banyak keistimewaan  yang dapat di raih umat Islam pada Malam Lailatul Qadar
Jika melihat maknanya maka
Lailatul Qadar memiliki dua makna penting, yaitu malam penetapan Allah SWT dan malam mulia.
Malam penetapan Allah SWT
Lailatul Qadar adalah malam ketika Allah menetapkan takdir segala peristiwa dalam setahun, termasuk hidup, mati, suka, duka, dan lainnya.
Allah menetapkan apa yang dikehendaki-Nya untuk diterapkan pada tahun berikutnya, seperti ajal dan rezki.
Malam mulia
Lailatul Qadar adalah malam mulia karena menjadi waktu turunnya Al-Qur'an pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW.
Lailatul Qadar adalah malam yang tiada bandingnya, karena menjadi awal dari segala kemuliaan yang bisa diraih manusia.
Karena disebut sebagai malam  kemuliaan, maka umat Islam seluruh dunia berlomba dan dianjurkan untuk mencari malam Lailatul Qadar tersebut. Tidak ada dalil yang menyebutkan secara gamblang tentang terjadinya malam Lailatul Qadar. Dan masih  menjadi misteri karena waktu terjadinya Lailatul Qadar hanya diketahui oleh Allah SWT.
Namun terdapat tanda dan cirinya, dalam hadits Rasulullah SAW Â menyebutkan Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadan.
Kemudian dalam sebuah hadis disebutkan, "Rasulullah SAW mengabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadar, beliau bersabda: dia (Lailatul Qadar) di bulan Ramadan di puluhan yang akhir yaitu malam 21, 23, 25, 27 atau malam 29, atau di akhir malam Ramadan. Barang siapa mengerjakan bangun untuk beribadah pada malam itu karena iman dan mengharap ridha Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang." (HR Ahmad)
Selain itu Terdapat hadits lain yang diriwayatkan dari 'Ubadah bin Shamit, bahwa dia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Lailatul Qadar. Lalu beliau bersabda, "Dalam bulan Ramadan inilah pada sepuluh malam terakhir, sesungguhnya malam ganjil itu pada malam 21, 23, 25, 27, dan 29, atau pada malam terakhir dalam bulan Ramadan. Barang siapa bangun (salat) pada malam itu dengan iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Di antara tanda-tandanya adalah
bahwa malam itu keadaannya terang, tenang, sunyi, tidak panas, dan tidak dingin, seolah-olah di situ ada bulan bercahaya, tidak ada bintang yang dilemparkan pada malam itu hingga pagi. Termasuk tanda-tandanya pula bahwa sesungguhnya pada pagi hari itu, matahari akan terbit, cahayanya tidak menyengat bagaikan bulan purnama. Pada hari itu, Allah mengharamkan setan keluar bersamanya." (HR Ahmad dan al-Baihaqi)