Mohon tunggu...
Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Mohon Tunggu... Dokter - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Masalah Inti Kepemimpinan dan Dampak Besarnya

8 Maret 2024   09:13 Diperbarui: 8 Maret 2024   09:38 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah organisasi terdapat sekelompok orang yang dipilih secara resmi berdasarkan musyawarah seluruh anggota. Orang-orang terpilih ini kemudian bermusyawarah untuk menetapkan unsur-unsur pimpinan. Lalu, mereka menerima surat keputusan yang menetapkan mereka sebagai pimpinan dari tingkat yang lebih tinggi. Pada awal kepemimpinan, orang-orang ini tampak melaksanakan tugasnya dengan baik. Namun, beberapa bulan kemudian, tampak jelas bahwa orang-orang ini sebenarnya menunjukkan contoh-contoh yang nyata terkait dengan masalah kepemimpinan.

Organisasi tidak berjalan sebagai mana mestinya. Pedoman dan aturan organisasi banyak yang ditabrak. Serah terima dengan pimpinan periode sebelumnya juga tidak kunjung dilaksanakan. Mungkin untuk kepentingan pribadi atau kepentingan golongan. Laporan rutin terkait pertanggungjawaban tentang hasil kerja penyelenggaraan amal usaha, pelaksanaan program, dan kegiatan, serta pengelolaan keuangan dan kekayaan juga tidak pernah dilaporkan. Seolah-olah ada borok besar yang harus disembunyikan. Borok tersebut akan tercium baunya bila laporan-laporan tersebut di buka. Dari cerita di tersebut tampak bahwa pimpinan yang dipilih sebagai orang-orang yang menjalankan organisasi memiliki masalah dalam kepemimpinan.

Sumber: pexels.com
Sumber: pexels.com

Masalah dalam kepemimpinan mencerminkan perhatian yang mendalam terhadap tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin dalam berbagai konteks organisasi. Salah satu masalah utama yang sering kali menjadi akar dari banyak masalah kepemimpinan adalah kurangnya pemahaman tentang tugas dan fungsi seorang pemimpin, yang seringkali disertai dengan kesombongan dan keyakinan yang berlebihan akan kemampuan kepemimpinannya.

Pemimpin yang tidak menyadari tugas dan fungsinya secara menyeluruh dalam mengelola dan mengarahkan organisasi atau timnya dapat membawa dampak yang serius pada kinerja dan keberhasilan organisasi. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang tanggung jawab mereka, seorang pemimpin mungkin tidak dapat mengambil keputusan yang tepat, mengarahkan tim dengan efektif, atau membangun budaya kerja yang positif.

Sumber: pexels.com
Sumber: pexels.com

Kesombongan yang disertai dengan keyakinan yang berlebihan akan kemampuan kepemimpinan juga merupakan masalah serius. Seorang pemimpin yang terlalu percaya diri dan tidak mengakui kelemahan atau keterbatasannya dapat memicu perilaku otoriter, kurangnya keterbukaan terhadap umpan balik, dan penolakan terhadap gagasan atau perspektif yang berbeda. Hal ini dapat menghambat kolaborasi, inovasi, dan pertumbuhan baik bagi individu maupun organisasi secara keseluruhan.

Lebih jauh lagi, ketika seorang pemimpin merasa dirinya sangat mampu memimpin tanpa memiliki dasar yang kuat atau pengalaman yang relevan, hal tersebut dapat menghasilkan kepemimpinan yang tidak efektif atau bahkan merugikan. Kekurangan pemahaman tentang tugas dan fungsinya sebagai pemimpin, dikombinasikan dengan kesombongan yang tidak beralasan, dapat mengarah pada keputusan yang impulsif, strategi yang tidak terencana, dan ketidakmampuan untuk mengelola konflik atau perubahan dengan baik.

Dalam konteks ini, penting bagi para pemimpin untuk selalu memperhatikan pembelajaran dan pengembangan diri mereka secara terus-menerus. Mereka harus mampu mengakui kelemahan dan keterbatasan mereka, serta bersedia untuk mendengarkan umpan balik dari anggota tim, rekan kerja, dan pemangku kepentingan lainnya. Hanya dengan kesadaran diri yang mendalam dan sikap rendah hati, seorang pemimpin dapat membangun fondasi kepemimpinan yang kuat dan efektif.

Selain itu, penting juga untuk memperkuat budaya organisasi yang mendorong kolaborasi, komunikasi terbuka, dan pengembangan bakat. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran, pemimpin dapat membantu anggota tim untuk berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka.

Setelah menjelajahi masalah-masalah dalam kepemimpinan, khususnya terkait dengan kurangnya pemahaman tentang tugas dan fungsi seorang pemimpin yang disertai dengan kesombongan, salah satu solusi yang mungkin harus dipertimbangkan adalah mengundurkan diri. Meskipun langkah ini mungkin sulit dan menantang, terutama bagi pemimpin yang telah berinvestasi waktu, energi, dan emosi dalam peran mereka, namun hal ini dapat menjadi pilihan terbaik untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan.

Mengundurkan diri sebagai seorang pemimpin bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebaliknya, bisa menjadi tindakan yang menunjukkan integritas, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap keberhasilan organisasi. Dengan menyadari bahwa kepemimpinan bukanlah tentang posisi atau kekuasaan semata, tetapi lebih tentang memenuhi tanggung jawab dan memberikan dampak yang positif, seorang pemimpin dapat memilih untuk melepaskan peran mereka demi kebaikan bersama.

Situasi di mana seorang pemimpin tidak memiliki aspek-aspek penting dari kepemimpinan, tetapi menolak untuk mengundurkan diri, adalah bahwa orang tersebut mungkin menghadapi masalah yang lebih dalam yang memengaruhi kesehatan jiwa dan pikiran mereka. Tindakan seperti itu menunjukkan adanya ketidakmampuan atau penolakan untuk mengakui kekurangan dan memahami keterbatasan diri, yang dapat menjadi tanda-tanda gangguan mental atau emosional yang serius.

Sumber: Pexels.com
Sumber: Pexels.com

Pemimpin yang tidak mampu atau tidak mau memimpin secara efektif, tetapi tetap bertahan dalam peran kepemimpinannya, mungkin mengalami gangguan psikologis seperti kesombongan yang tidak sehat, ketidakmampuan untuk menerima kritik, kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan kepribadian. Penolakan untuk mengakui kebutuhan akan bantuan atau intervensi dapat menunjukkan bahwa individu tersebut terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat atau memiliki pandangan diri yang tidak realistis.

Dalam situasi seperti ini, penting untuk mengakui bahwa kesehatan mental dan emosional adalah bagian integral dari kesejahteraan seseorang, termasuk dalam konteks kepemimpinan. Pemimpin yang mengalami kesulitan dalam memimpin dengan efektif karena masalah kejiwaan mungkin memerlukan bantuan profesional dari seorang psikiater untuk mengevaluasi dan mengatasi masalah yang mendasari.

Penerimaan dan pencarian bantuan dari ahli kesehatan mental tidak hanya penting untuk kesejahteraan individu tersebut, tetapi juga untuk keselamatan dan keberhasilan organisasi atau tim yang dipimpinnya. Dengan mengakui dan mengatasi masalah yang mendasari, seorang pemimpin dapat memulihkan kapasitasnya untuk memimpin dengan efektif, membangun hubungan yang sehat dengan anggota tim, dan menyumbangkan kontribusi positif bagi organisasi secara keseluruhan.

Jadi, dalam menghadapi situasi di mana seorang pemimpin tidak memiliki aspek kepemimpinan yang diperlukan, tetapi menolak untuk mengundurkan diri, penting untuk mengakui bahwa masalah ini mungkin mencerminkan kondisi psikologis yang memerlukan perhatian dan intervensi profesional. Dengan demikian, langkah-langkah yang diperlukan harus diambil untuk menyediakan bantuan yang tepat dan mendukung pemulihan individu tersebut, sambil memastikan bahwa kepentingan dan kesejahteraan organisasi juga tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun