Mohon tunggu...
Wenisah AlfionitaPurba
Wenisah AlfionitaPurba Mohon Tunggu... Penulis - Sebagai senja yang terlantar dalam durja

Junior Teacher at Sekolah Dian Harapan Makassar Mahasiswi S1 Universitas Pelita Harapan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melalak Hedonisme

9 Juni 2020   12:11 Diperbarui: 9 Juni 2020   12:35 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam hedonisme mengapa kita harus menghindari rasa sakit?

Rasa sakit apakah akan selalu menjadi sebuah luka? Jawabannya adalah 'iya'. Luka menghadirkan banyak hal baru yang mungkin sedang kita terima dan sedang kita nikmati. 

Rasa sakit bukanlah untuk menyakiti manusia, rasa sakit adalah sebuah rasa yang diizinkan Tuhan hadir dan dapat kita rasakan untuk tersadar akan hal-hal yang harus kita hadapi dan kita obati. Andaikan rasa sakit menjadi musnah maka betapa kacau dunia kita yang sedang kacau spiritual ini. Bukan saja itu namun fisik pun menjadi buruk dan tidak ada plester ataupun perban untuk membalut sebuah luka.

Ketika rasa sakit hilang maka apakah ada rasa senang? Bagaimana kita mengetahui kita sedang senang. Rasa sakit adalah standar untuk mengetahui rasa senang. Begitu juga dengan sebaliknya.

Kita hidup di dalam sebuah dunia yang memiliki pembanding untuk mendapatkan nilai etika dan estetika. Bagaimana kita mengetahui kebenaran tanpa ada sebuah pembanding. Bagitu pun dengan sebuah keindahan.

Apakah rasa sakit begitu merugikan? 

Prinsip-prinsip dasar dalam hidup kita terlahir dari latar belakang sosial, ekonomi, dan setiap aspek yang berhubungan langsung dengan kita. Setiap kita memiliki paradigma yang berbeda mengenai arti sebuah hidup. Tinggal di dalam rumah yang sama, namun setiap sudut yang kita singgahi adalah berbeda. Setiap sudut menyumbangkan sesuatu untuk kita serap. Daya serap kita sebagi manusia memang tinggi, namun semua itu bisa menjadi tercermin melalui cara hidup maupun gaya hidup.

HEDONISME bukan hanya berbicara mengenai harta yang bergelimang, uang, mas dan sarta lainnya. HEDONISME adalahbagaimana sikap kita terhadap hidup yang sedang kita pertanggung jawabkan. Cara kita menjadi diri kita sebenarnya.

Akan sering kita menjadi merasa bahwa kita menjadi sangat terpuruk dan merasa begitu banyak keadilan yang tidak diejawantakan dalam hidup kita. Saya mau keadilan. Keadilan apa sebenarnya yang sedang kita inginkan? Apakah kita yakin itu adalah keadilan atau keegoisan? Bukankah kita merasa kita jauh lebih baik dibanding dengan orang lain yang membunuh namun hidup dengan penuh bahagia. Bukankah kita merasa dikecewakan? Apapun yang terjadi bukan atas kehendak kita. Bukankah kita mengaku ada Penegak Keadilan yang selalu adil dengan cara sendiri.

Hedonisme adalah bentuk ketidakpuasan akan hidup yang sebelumnya. Jadilah pengendali hedonisme, karena HEDONISME bukan sebuah pemikiran absolut. Kendalikan diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun