Mohon tunggu...
Weni Fitria
Weni Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Memperkaya pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senang Sekaligus Cemas, Memulai Kembali Pembelajaran Tatap Muka

13 Juli 2020   19:17 Diperbarui: 15 Juli 2020   00:36 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa baru tengah mencuci tangan sebelum memasuki kelas (dokpri)


Sejak kemarin notifikasi pesan di WhatsApp saya meningkat intensitasnya. Salah satu penyebabnya, kiriman pesan dari siswa yang menanyakan tentang rencana pembelajaran tatap muka yang akan digelar daerah kami, termasuk madrasah kami pada awal semester ini.  

Rencananya,  pembelajaran tatap muka akan kembali dilaksanakan setelah pelaksanaan masa pengenalan siswa baru di madrasah kami yang disebut Matsama. Matsama adalah singkatan Masa Ta'aruf Siswa Madrasah yang akan berlangsung tiga hari ke depan.  


Sebagian siswa yang sudah duduk di kelas XI dan XII mengungkapkan rasa senangnya karena sudah rindu pada madrasah, teman dan juga para guru. Namun ada yang menanyakan apakah  belajar tatap muka ini akan digelar seterusnya dan bukan hanya sementara. Sebuah pertanyaan kritis dan wajar mengingat siswa saya adalah siswa jenjang menengah atas.

Sebenarnya siswa di madrasah saya sudah mendapat pengumuman sejak dua hari yang lalu bahwa mereka akan kembali menjalani pembelajaran tatap muka ini. Sebuah berita gembira, terutama bagi mereka yang selama ini banyak mengeluh dan bertanya kapan sekolah akan dibuka kembali seperti biasa.

Tak bisa dipungkiri, masih ada sebagian pelajar termasuk orangtuanya yang mengeluhkan susahnya melaksanakan pembelajaran jarak jauh (daring maupun luring) dengan berbagai kendala maupun alasan. Datangnya berita kembali digelarnya pembelajaran tatap muka di daerah kami yang tergolong zona hijau ini tentunya menggembirakan mereka.

Kembali ke pesan WhatsApp siswa saya tadi. Kebanyakan pesan itu mengungkapkan rasa senang akan kembali belajar di madrasah seperti biasa.  Sebagian mereka menanyakan apakah pembelajaran tatap muka ini digelar terus menerus dan bukan hanya sementara. Intinya mereka merasa senang namun juga berfikiran jangan-jangan ini hanya sementara dan mereka akan kembali belajar dengan sistem pembelajaran jarak jauh.

Sebagai guru, saya mencoba menjelaskan secara sederhana pada siswa yang bertanya  bahwa daerah kami sudah memutuskan menggelar pembelajaran tatap muka untuk jenjang sekolah menengah. Namun apakah ini akan berlanjut terus, tentunya akan sangat tergantung nantinya dengan perkembangan keadaan dan status daerah apakah masih termasuk zona hijau dan aman melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Saya bahkan menambahkan bahwa hal itu sangat tergantung nantinya pada seberapa disiplin siswa dan tenaga pendidik/kependidikan mematuhi protokol kesehatan terkait Pandemi Covid-19. Artinya, jika tidak ada penyebaran Covid-19 di tempat kami, maka pembelajaran tatap muka akan terus berlanjut.

Intinya, siswa saya ada yang cemas pembelajaran tatap muka ini tidak akan berlangsung selamanya. Sebuah kecemasan yang wajar jika dikaitkan dengan keterbatasan sebagian dari mereka dalam menjalani pembelajaran jarak jauh selama Pandemi ini.  Bisa juga disebabkan gelora semangat mereka sebagai remaja yang tentunya lebih menikmati indahnya berkumpul dan belajar bersama teman di sekolah, ketimbang belajar sendiri di rumah.

Sebagai guru, sesungguhnya  saya juga merasa senang sekaligus cemas. Saya memiliki rasa senang  yang sama dengan siswa. Akan tetapi kecemasan yang saya rasakan agak berbeda dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh sebagian siswa saya.

Disatu sisi saya senang bisa berjumpa kembali dengan siswa yang teramat saya rindukan. Mengajar di dalam kelas dan berinteraksi secara langsung dengan siswa di dalam kelas adalah sebuah kesenangan tak terhingga bagi saya sampai hari ini. Hal itu "terpaksa" sejenak saat pembelajaran daring/luring digelar sejak Pandemi melanda.

Di sisi yang lain saya justru merasa cemas. Kecemasan yang tentunya agak berbeda dengan siswa saya di atas. Saya mencemaskan apakah kami akan mampu melaksanakan semua aturan terkait pembelajaran tatap muka di masa Pandemi ini.

Khususnya dalam mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Kecemasan terbesar saya adalah terkait potensi penyebaran Covid-19 di daerah kami, khususnya di madrasah dan sekolah yang kembali dibuka.

Himbauan agar rajin mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak tentulah sudah jamak diketahui. Tetap saja saya masih menyangsikan apakah hal tersebut sudah menjadi kebiasaan baru yang menjadi prilaku keseharian dalam diri setiap orang. Entahlah, saya justru meragukannya.

Sekalipun demikian, saya berharap siswa saya dan kami para guru dan tenaga kependidikan nantinya dapat mematuhi itu semua. Tentunya demi keselamatan bersama dan demi tetap berlanjutnya pembelajaran tatap muka di daerah kami.

Walau bagaimanapun juga, menggelar pembelajaran tatap muka ada baiknya dilaksanakan untuk daerah yang masuk kategori zona hijau. Tentunya dengan sebuah tekad yang sama dengan menerapkan semua aturan yang ada baik itu yang tertuang dalam SKB 4 Menteri maupun aturan tambahan lainnya.

Paling penting menurut saya adalah disiplin dalam menjalankan semua panduan protokol kesehatan terkait Pandemi Covid-19 di masa transisi menuju masa kenormalan baru ini. Semoga pembelajaran tatap muka yang  kami jalani ini terlaksana dengan aman dan nyaman bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan hendaknya.

Oleh: Weni Fitria.
Pesisir Selatan (Negeri Sejuta Pesona), 12 Juli 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun