Mohon tunggu...
Wendi AdiSaputra
Wendi AdiSaputra Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

Lukislah apa yang ingin kau lukis dengan kata-kata mu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Becermin pada Tembok

28 November 2019   12:50 Diperbarui: 28 November 2019   12:48 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Dia mempunyai sifat yang kurang baik yaitu pemarah dan sulit memaafkan kesalahan orang lain. Sebut saja namanya Wewen.

Pada suatu hari ketika Wewen sedang bermain petak umpat dengan teman-temannya yaitu Zulfah,Akbar,dan Wulan. Tiba-tiba saja Wewen berteriak "ADUUHH!!!" Teriak Wewen kesakitan. "Maaf Wen." Ujar Akbar dengan rasa bersalah. "Ada apa ini?" Tanya Zulfah heran. "Ini loh Zul, si Akbar udah bikin aku jatuh." Jelas Wewen dengan nada emosi. "Maaf Wen aku tidak sengaja. Tadi maksud aku ingin menangkap kamu, eh tapi aku tidak sengaja membuatmu terjatuh." Jelas Akbar. "Ya sudah, Akbar kan sudah minta maaf. Lagipula dia tidak sengaja menjatuhkanmu." Ucap Zulfah. "Sekarang lebih baik kamu pulang saja ditemani Akbar, setelah itu obati luka mu itu." Ucap Zulfah lagi.

Akbar pun menuntun Wewen pulang ke rumahnya. Tak disangka meskipun Akbar sudah meminta maaf, tetapi Wewen nampaknya masih belum bisa memaafkan.

"SUDAHLAH AKBAR, GA USAH PURA-PURA BAIK GITU SAMA GUE. LO KAN YANG SENGAJA BIKIN GUE JATOH." Teriak Wewen dengan emosi. Sadar temannya sedang emosi, Akbar pun hanya menjawab dengan nada lembut dan sopan "beneran kok gue gak sengaja, gue minta maaf wen kalo lu ngerasa kesel sama gue."

"ALAH, GAK USAH SOK MINTA MAAF GITU DAH. JIJIK GUE DENGER NYA. Udah bar lu gak usah anterin gue ke rumah, gue bisa sendiri kok. Gue gak mau ditolong sama temen kayak Lo." Makian Wewen kepada Akbar.

Demi menghindari konflik, Akbar pun tidak mengantarkan Wewen sampai ke rumahnya dan menuruti permintaan Wewen sembari berkata "beneran nih gak mau dianterin sampe rumah?" tanya Akbar memastikan. "BENERAN LAH, UDAH LO SONO BALIK AJA." teriak Wewen.

Akbar pun meninggalkan Wewen sendirian yang sedang terluka kakinya. Sedangkan Wewen tetap melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Tak terasa Wewen pun sudah tiba di rumahnya.

"Assalamualaikum, pak buka pintunya ini Wewen." kata Wewen.

Di rumah, Wewen tinggal bersama bapak dan seorang adiknya. Ibunya telah lama meninggal sejak Wewen berusia 5 tahun. Sedangkan adiknya pergi bermain dengan temannya. Pada saat itu di rumah hanya ada bapaknya.

Mendengar suara anaknya, bapak Wewen pun bergegas membukakan pintu. Alangkah terkejutnya bapak Wewen ketika melihat kaki anaknya terluka. "Kaki mu kenapa nak?" tanya bapak. Wewen pun menjelaskan sebab kakinya itu terluka. Setelah mendengar cerita anaknya, sang bapak pun bergegas mengambil obat dan mengobati luka anaknya.

Setelah diobati, tiba-tiba saja Wewen berteriak dan marah-marah tidak jelas. Bapaknya yang sudah paham dengan watak anaknya, berusaha mencari ide bagaimana agar si Wewen tenang dan menghilangkan sifat amarahnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun