Â
Kerja keras dan kerja ikhlas tak harus selalu berakhir dalam ukuran materi dan angka. Penghargaan yang sifatnya tak kasat mata kadang jauh lebih masuk ke dalam hati daripada sekedar puja puji yang bisa cuma sampai di mulut belaka. Ketulusan yang muncul kadang terwujud dalam sikap dan penghormatan yang lebih dari sekedar sematan gelar untuk disandang di dada.Demikianlah yang mungkin hendak disampaikan oleh warga Batam yang berlatang belakang adat melayu kepada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto  yang disambut dengan upacara Tepung Tawar saat berkunjung ke kawsaan itu.  Para pimpinan masyarakat di sana sangat paham bahwa tak sembarang orang yang  bisa menerima penghargaan demikian. Hanya orang atau tokoh yang telah bekerja nyata dan mewujudkan kepentingan masyarakat lah pantas didudukkan pada posisi itu.
Kepantasan tersebut menjadi sangat beralasan untuk Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu. Karena Batam yang sejatinya wilayah strategis karena berbatasan dengan sejumlah negara tetangga, hanya dipandang sebagai daerah semenjana, dengan potensi yang juga dianggap tidak terlalu perlu.
Namun selama kepemimpinan Airlangga Hartarto di Menko Perekonomian dibawah komando Presiden Joko Widodo, Batam dalam waktu singkat muncul sebagai ujung tombak strategis Indonesia dalam persaingan ekonomi mancanegara. Status ujung tombak tersebut diwujudkan dalam pembangunan sejumlah proyek infrastruktur baru, atau pengembangan kawasan yang sudah ada sebelumnya. Batam secara singkat menjadi kawsasan strategis yang oleh pemerintah diwujudkan dalam akselerasi pembangunan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BKK). Â Belum lagi bicara tentang pengembangan Bandara Internasional Hang Nadim yang targetkan akan menjadi hub logistik nasional, khususnya untuk industri elektronik yang sangat memerlukan penerbangan langsung sekaligus pendorong kelancaran rantai pasok. Hub yang kelak diharapkan menjadi pintu bagi barang-barang yang dihasilkan pabrik di kawasan ini untuk dapat dikirim secara langsung ke Amerika, Cina dan Eropa.
Pengembangan Batam tidak cuma sampai di situ, karena sejumlah perusahaan yang telah berkomitmen menanamkan investasinya di daerah ini telah merealisasikan rencana bisni mereka untuk membangun dan mendirijan usahaa. Bentuknya adalah Peletakan Batu Pertama PT Blue Steel Industries yang berinvestasi tidak kurang dari Rp3,5 triliun dalam 2 tahapan. Kelak dari perusahaan ini  diproyeksikan akan memproduksi baja ringan serta bahan bangunan lainnya yang tanpa emisi. Â
Terakhir, dengan latar belakang budaya melayu yang kental bernuansa Islam. Penghargaan dalam bentuk upacara tepung tawar itu disempurnakan dalam wujud peresmian Masjid Tanwirun Naja (Masjid Tanjak), di mana dilakukan penandatanganan batu prasasti dan penanaman pohon khaya di halaman masjid.  Sebuah simbolisasi dari wujud kerja keras manusia yang tak cuma merasa cukup dengan dirinya, namun  saat bersamaan juga mengakui ada zat lain yang lebih perkasa yang harus jadi gantungan terakhir selama masih ada di dunia.