Nescis quid vesper (serus) vehat: "Kamu tidak tahu apa yang akan dibawa oleh malam yang larut"
Kata "malam" acapkali memiliki nuansa yang agak bermisteri. Suasana malam yang biasanya gelap, hitam pekat memang amat kontras dengan siang. "Siang" biasanya diasosiasikan dengan sesuatu yang 'putih', 'clear', 'jelas' dan tidak mengandung nuansa misteri. Malam acap membuat kita tak mampu menangkap secara utuh dan tepat kedirian seseorang.
Â
'Malam' sebab itu banyak dijadikan judul tulisan, nyanyian atau juga mengilhami para pelukis dalam mengekspresikan darah seninya. Chairil Anwar penyair Indonesia terkenal, menulis puisi berjudul "Malam" yang dimuat dalam sebuah majalah sastra tahun 1957.
Malam
Mulai kelam
Belum tentu malam
Kami masih berjaga
Thermopylae ?
Jagal tidak dikenal
Tapi nanti
Sebelum siang membentang
Kami sudah tenggelam hilang.
Berbeda lagi untaian kata seorang penyair Italia bernama Giovanni Strozzi (1475-1564) yang bicara tentang Malam.
Tentang Malam
Malam yang kau lihat disini, bersikap indah
Tidur nyaman, dipahat di dalam batu oleh Malaikat.
Tidurnya berisi hidup.
Kau tak yakin? Bangunkan. Ia bicara.
(Puisi Dunia Jilid.1, M. Taslim Ali, Dinas Penerbitan Balai Pustaka, Jakarta 1961).
"Malam" memberi banyak inspirasi bagi para penyair untuk merajut kata-kata indah yang membentuk sebuah puisi. 'Malam' memiliki perspektif sendiri bagi banyak orang, bahkan malam bisa jadi menghadirkan trauma dan stigma bagi seseorang.
Waktu kita masih kecil acapkali orangtua kita berpesan: "nanti jangan sampai malam ya perginya!" Atau "Sekarang saja perginya ke rumah teman, nanti keburu malam lebih sulit". Malam, situasi yang gulita menghadirkan kekuatiran tertentu bagi para orangtua bagi anak-anak mereka yang masih kecil.