Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran, Hal Kecil yang Menjadi Rumit

4 November 2021   18:41 Diperbarui: 4 November 2021   18:54 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judul di atas bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Tidak usah berpikir soal kebenaran ilmiah yang harus diuji dengan serangkaian percobaan yang mahal. Contoh sederhana: jika dua kendaraan bersenggolan, seberapa sering langsung ada yang mengaku bersalah. 

Jarang bukan. Bahkan kalau perlu marah duluan sebelum dimarahi, menyalahkan dahulu sebelum disalahkan. Lalu, apakah mungkin jika kecelakaan terjadi pada dua kendaraan yang keduanya berjalan secara benar? Kan tidak mungkin. Pasti salah satu, atau keduanya salah.

Saat ini ada banyak peristiwa dimana kebenaran sulit diterima. Tidak usah berbicara yang muluk-muluk. Di sekitar kita saja. Punya penghasilan perhari seratus ribu, tapi pengeluaran perharinya dua ratus ribu. Untuk menutupi kekurangan, lalu pinjam uang teman. Ketika teman yang meminjami uang minta hutang dilunasi, lalu marah dan menuduh yang meminjami uang adalah pelit.

Dalam artikel, biasanya ada definisi. Apa definisi kebenaran? Kebenaran ("truth") adalah "true or actual state of matter." Sesuatu yang terjadi senyatanya. Anda tidak perlu bertanya soal definisi yang lebih detail, karena semakin detail sebuah definisi, justru semakin membingungkan.

Pertanyaannya, apakah Anda, kita semua, bisa menerima kenyataan? Percaya atau tidak, jawaban yang muncul adalah: belum tentu. Kita belum tentu bisa menerima kenyataan. Sesuatu yang terjadi, yang faktor penyebab terbesarnya adalah perilaku kita, bisa jadi tidak bisa kita terima sebagai kenyataan. Penghasilan seratus ribu perhari tapi ingin setiap hari makan di rumah makan. Mengapa makan di rumah makan? Karena semua tetangga dan saudara kita makan di rumah makan setiap hari.

Seratus ribu tiap hari cukup ... jika untuk makan di rumah makan satu kali sehari. Masalahnya kita hidup tidak hanya untuk makan satu kali. Pagi hari harus sarapan, harganya dua ribu rupiah. Berangkat kerja pakai motor, bensinnya sepuluh ribu rupiah perhari. Makan siang sehemat-hematnya lima ribu rupiah. (Harga kantin sekolah, makan dan minum.) Beli pulsa sehemat-hematnya sepuluh ribu rupiah per minggu, alias seribu lima ratus rupiah per hari. Dan seterusnya.

Apakah bisa? Kalau sekedar bisa, ya bisa saja, seratus ribu rupiah perhari, makan malam selalu di rumah makan. Tapi ... jika motor macet tidak bisa servis. Oli motor harus ganti, uangnya dari mana? Pakaian sudah mulai lusuh tidak bisa membeli ganti yang baru.

Saya baru  saja menyelesaikan sebuah tugas yang mengharuskan saya melakukan wawancara. Narasumber saya mau cerita. Ceritanya bagus. Tapi ia ingin ada hal-hal yang tidak dipublikasikan. Saya sudah mencoba membuat tulisan yang "halus." 

Seharusnya tak ada masalah. Tapi setelah melihat hasilnya, narasumber saya agak protes. Bukan narasumber yang tidak bisa menerima kenyataan, tapi narasumber takut jika ada orang yang tidak bisa menerima kenyataan yang ia ungkapkan.

Lalu bagaiman? Apakah kebenaran harus didiamkan, alias hidup di dunia fantasi. Kebenaran memang kadang menyakitkan. Namun kadang, sakit yang ditimbulkan oleh kebenaran yang diungkap saat peristiwa terjadi, lebih ringan dibanding sakit yang ditimbulkan akibat kebenaran yang ditunda. Lebih menyakitkan lagi jika kebenaran yang diungkap, akan merontokkan kenyamanan pihak yang memanipulasi kebenaran.

Jadi, hiduplah dalam kebenaran. Karena senyatanya hidup tidak bisa manis terus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun