Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Banyak Orang Terjerat Pinjol?

19 Oktober 2021   18:46 Diperbarui: 19 Oktober 2021   18:52 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Judul di atas adalah pertanyaan, bukan pernyataan. Maka pada tulisan ini saya mencoba mengungkapkan beberapa pertanyaan yang menurut saya cukup rasional.

Saya berangkat dari asumsi bahwa orang akan berpikir ulang ketika orang harus menyerahkan uangnya kepada orang lain untuk membayarkan bunga. Karena jika besarnya bunga ini masih normal, maka takkan menjadi masalah.

Pertama, mungkinkah salesman pinjol menipu nasabahnya? Misalnya, saya bertanya pada sales pinjol, berapa uang yang harus saya bayar di bulan pertama jika saya meminjam seratus ribu rupiah. Tentu seharusnya akan dijelaskan bahwa bunga di bulan pertama adalah sekian dan dibayar sebelum tanggal sekian. Lalu saya membuat penegasan: jadi di bulan pertama saya harus membayar sekian saja, tanpa tambahan lain.

Pertanyaan ini dilanjutkan: jika saya membayar sekian rupiah selama sekian kali, maka seluruh hutang akan lunas. Jika kedua pertanyaan ini dijawab: ya, maka harusnya dilihat dalam klausul tertulis. Apakah sesuai atau tidak.

Kedua, mungkinkah para nasabah ini asal pinjam, tak memikirkan bagaimana cara mencicilnya? Jadi, saat para nasabah terdesak, dan mereka tak mau ribet dengan urusan yang rumit, semua disetujui dan uang tunai ada di tangan. Selesai. Seakan mereka memposisikan diri sebagai pencari pinjaman yang mudah, sebagai lawan dari proses pinjam yang sulit seperti pada perbankan.

Ketiga, apakah sudah sedemikian mendesaknya kebutuhan sehingga mudah untuk meminjam? Saya bukan orang yang hobi meminjam. Maka saya akan berpikir dua tiga kali untuk meminjam.

Keempat, mengapa para nasabah mudah percaya pada orang asing? Mengapa tidak meminjam pada teman atau saudara yang bisa dipercaya? Bagaimana jika ini adalah tipuan?

Kelima, mungkinkah para nasabah berpikir bahwa dengan memegang (diberi) uang tunai, tidak mungkin dirugikan? Justru yang memiliki resiko adalah yang meminjami, yaitu resiko gagal bayar.

Keenam, apakah para nasabah tidak menonton berita soal kampanye kerahasiaan identitas? Apakah sudah sedemikian mendesaknya kebutuhan tersebut sehingga mengabaikan keamanan data pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun