Mohon tunggu...
Wawan Suprianto Nadra
Wawan Suprianto Nadra Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer, Penulis, Naturalis dan Traveler

Fotografer, Penulis, Naturalis dan Traveler

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gagah tapi Bertuan

30 Oktober 2020   13:51 Diperbarui: 30 Oktober 2020   14:14 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak mengenal si pemburu yang satu ini? Burung pemangsa dengan ukuran yang besar yaitu burung Elang. Elang merupakan pemangsa yang lihai dikelasnya. Dengan memiliki ciri tubuh yang sangat istimewa diantaranya tubuh yang besar dan kekar, paruh yang runcing dan tajam, dan kuku jari kaki yang sangat tajam dan kuat yang difungsikan untuk mencengkram mangsanya. Selain itu, burung pemangsa ini memiliki mata yang sangat tajam yang selalu dimanfaatkan untuk memperhatikan mangsanya serta memiliki sayap yang sangat panjang dan lebar yang membuat burung ini dapat dengan cepat meluncur kearah mangsanya.

Burung Elang adalah burung yang terlihat sangat gagah. Dari kegagahannya itu, burung Elang sering dijadikan sebagai ikon atau lambang-lambang negara. Burung Elang beranekaragam jenisnya dan tersebar diseluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia terdapat kurang lebih 17 jenis burung Elang. Dari jenis-jenis Elang tersebut, yang akan dibahas pada artikel ini yaitu berkaitan dengan burung Elang laut.

Berawal dari perjalanan penulis di sebuah pulau di Provinsi Maluku Utara yaitu Pulau Taliabu tepatnya di Ibu Kota Kabupaten Bobong. Arah menuju pasar, terlihat di depan rumah ada seekor burung Elang yang kakinya terikat. Terlihat burung Elang Laut jenis Haliaeetus leucogaster. Burung tersebut berdiri tegak di sebuah kayu yang melintang.

Sontak penulis mulai bertanya kepada seorang pemuda yang mengenakkan kaos berwarna merah. Menurut si pemiliki burung Elang yang gagah itu, dia membelinya dari seorang yang tinggal tidak jauh dari daerah tersebut karena merasa kasihan. Dia menjelaskan, bahwa sebelum membeli burung itu, pemilik sebelumnya memelihara dan memberi makan terhadap burung tersebut yang bukan makanan aslinya, sehingga pria tersebut membujuk pemilik burung Elang itu dan membelinya dengan harga sekitar tiga ratus ribu rupiah.

dokpri
dokpri
Setelah membeli burung Elang tersebut, pria berbaju merah ini memberikan makanan potongan ikan-ikan segar, jelasnya. Sempat ditanyakan berapa usia burung itu dan kenapa tidak dilepas ke alamnya? Dia menjelaskan lagi bahwa burung itu kurang lebih sudah hampir dua tahun bersamanya dan selama satu tahun bersama pemilik sebelumnya. Untuk melepas liarkan sudah pernah dicobanya namun ditangkap kembali karena ketika dilepas burung Elang itu tidak terbang bebas melainkan hanya disekitar rumah warga dan tidak jauh ketika terbang sehingga dikhawatirkan akan ditangkap oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, pria tersebut menangkap kembali burung Elang tersebut untuk dipelihara dan diberi makan sesuai makanannya.

Hewan memiliki insting berburu alami yang dapat membuatnya bertahan hidup di alam. Ketika hewan alam liar ditangkap dan dipelihara, kita tidak bisa menjamin bahwa hewan itu akan baik-baik saja karena lingkungan yang berbeda yang juga akan berpengaruh pada perilaku hewan tersebut. Jika kita menginginkan alam kita tetap lestari dengan keindahan alaminya, maka jagalah dengan cara jangan menangkap hewan-hewan liar yang bertujuan untuk dipelihara atau apapun alasannya karena kita tidak bisa menjamin kehidupan dari hewan-hewan tersebut.

Terima kasih semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun