Di benak banyak orang, bisnis rumahan sering diidentikan sebagai sebuah usaha sampingan, hobi, usaha yang fleksibel dengan kenyamanan, tidak seperti kerja kantoran yang penuh tuntutan dan tekanan.
Bukan hal yang salah pula, namun bisa jadi hal tersebut memunculkan pertanyaan balik, mengapa banyak bisnis rumahan yang meski dimulai dengan semangat tinggi dan modal cukup malah sering tersandung pada titik stagnasi, mandeg, bahkan mati suri?
Masalah modal dan pemasaran seringkali menjadi kambing hitam, apakah ada permasalahan lain yang kita tidak evaluasi?Â
Meskipun di rumah, sebuah bisnis wajib pula memiliki dasar mindset yang benar dan tata kelola lebih baik. Agar usaha yang kita jalankan meskipun berskala kecil namun mampu berjalan dengan baik, tertata, tentu saja mendapat profit bagus, menciptakan bisnis berkelanjutan.
Mengapa Bisnis Rumahan Kerap Mandeg?
Bisnis rumahan menjadi alternatif banyak masyarakat saat ini untuk mendapatkan penghasilan saat kondisi ekonomi berada dalam ketidakpastian selama beberapa tahun terakhir. Disekitar lingkungan penulis saja, banyak usaha kecil yang muncul, namun tidak sedikit pula mati lagi.
Ketidakmampuan untuk mengelola bisnis rumahan dengan efisien dalam produksi dan pengelolaan disinyalir menjadi bagian besar penyebab bisnis rumahan mengalami kegagalan.
Data umum menunjukkan bahwa banyak usaha baru, termasuk yang berbasis rumahan, gagal bertahan lebih dari lima tahun, salah satu akar permasalahannya kerap bermuara pada minimnya literasi manajemen, lemahnya administrasi serta mindset yang masih terjebak pada pola sampingan atau sekadar hobi.
Membangun Mindset Profesional
Bisnis rumahan lebih identik dengan usaha kecil-kecilan, hobi, sampingan dan sejenisnya. Potensinya bisa jadi menjadi lebih berkembang, ataupun mandeg gulung tikar. Tantangan terbesarnya seringkali bukan pada permodalan ataupun pemasaran, melainkan pada mindset itu sendiri.
Banyak pelaku usaha rumahan memulai dengan semangat tinggi, namun terjebak pada pola pikir yang masih menganggapnya sebagai pekerjaan sampingan, atau sekadar pengisi waktu luang, bukan entitas bisnis serius sehingga pengelolaan dan output produk jadi tidak memiliki kualitas yang baik.