Mohon tunggu...
Bernabas Ambon
Bernabas Ambon Mohon Tunggu... Guru - Orang Biasa

Berdoa dan bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjumpaan Ekumenis

12 April 2020   13:06 Diperbarui: 12 April 2020   13:17 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Suatu kebahagiaan bagai penulis ketika ada ruang dan waktu untuk suatu cerita pengalaman ekumenis. Karena dengan begitu suatu pengalaman pribadi  bukan hanya bermukim sebagai memori pribadi. Peristiwa-peristiwa dari suatu masa tidak hanya bercokol sebatas kenangan dalam rengkuhan romantisme dalam ruang privat. Klop dengan kegairahan penulis  yang suka bercerita.

Ada juga kegembiraan lain. Kegembiraan yang sedikit ilmiah sifatnya. Bahwa penulis sendiri keluar dari keasikan "ngobrol cerita" jadi berita. Sebuah pengalaman kisah disuguhkan untuk seseorang dengan bumbu-bumbu. Untuk seorang lain membentangkan kisah lain dengan tambahan-tambahan juga.. cara bercerita seperti ini bisa tergelincir menjadi manipulasi plus dramatisasi yang sering mengada-ada. Keluar dari kecendrungan ini bisa menggembirakan sekaligus melegakan karena bebas dari intrik-intrik pembualan dan puas mengolah pengalaman.

Selain itu, keluar dari kecendrungan tersebut mengharuskan penulis untuk bertahan diri. Penulis berusahan menahan sentimen-sentimen pribadi dan menghahirkan elemn-elemen yang berarti dari pengalaman yang diendapkan. Keharusan lain adalah bahwa penulis harus setia pada aslian peristiwa  kalau tidak mau dibilang mengada-ada. Untuk itu penulis merasa wajib mau mengadirkan  rangkaian peristiwa dalam suasana sederhana. 

Namun penulis tidak bisa luput dari kemungkinan ketergeliciran dalam prangkap subyektivisme. Sebab pengalaman yang indah sering menghanyutkan seseorang dalam lautan kehangatan. Ketertiban dalam pergaulan -pergaulan yng asyik menjanjikan mozaik keindahan yang tiada tara, penulis mustahil bebas dari situasi demikian.

Terlepas dari kemungkinan tersebut penulis masih berani mencoba membentangkan  pengalaman ekumenis dalam ruang lingkup relasi persaudaraan. Dalam pertemuan yang singkat itu penulis menggali nilai-nilai ekuminis yang relevan dengan situasi saat ini. 

Dan baiknya semua pertemuan, perjumpaan ini memberikan horison baru bagi penulis  dalam berada bersama dengan kaum beragama lain. Pertemuan ekumenis ini merupakan suatu pengalaman yang berguna, benar pepatah yng menyatakan pengalan merupakn guru yang terbaik sangat tepat dalam konteks ini. 

Daripadanya penulis bisa belajar apa arti rasa saling pengertian antara orang-orang yang berbeda agama . Dan apa pula makna sikap saling menerima dalam suatu kebersaamaan. makna lain adalah ketersentuhan oleh gugatan atau perbedaan perspektif iman merupakan suatu momentum berharga untuk menakar kedewasaan dan ketangguhan iman. Dalam hati kecil penulis mengungkapkan kebahagiaan karna dapat berbagi pengalaman dalam mengimani Tuhan dari teman-teman yang berbeda Gereja tapi satu Injil.

Kita tetap bersaudara kawan, Tuhan yang menyatukan kita. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun