Sebagai pemimpin yang terbuka, Jokowi tentu tak alergi dengan kritik. Jokowi pun selalu menerima kritik dari siapa saja tanpa pernah mempermasalahkan dari kelompok mana pengkritiknya itu. Bahkan, Jokowi tak ragu menemui atau mengundang pengkritiknya ke istana guna mendengarkan langsung dari sumber pertama bunyi kritiknya.
Lalu mengapa kok belakangan -katanya sih- banyak yang dipermasalahkan karena mengkritik Jokowi?
Jokowi secara tidak langsung menjawabnya saat memberi sambutan pada pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Hanura, di Kantor DPP Hanura, Jakarta, Rabu (21/12/2016). "Orang banyak yang lupa bedanya kritik dan menghina. Mana kritik mana menjelekkan. Orang tak bisa lagi memilah mana kritik mana menghasut, mana kritik, mana ujaran kebencian," ungkap Jokowi.
Intinya Jokowi dalam kesempatan itu ingin kita sebagai bangsa tidak habis energy karena masalah-masalah sepele yang tak penting. "…Jangan sampai energi besar kita habis akan hal-hal ini," tuturnya seraya menyinggung kasus makar yang tengah ditangani Polri. "Demo tiap hari juga boleh. Tapi, kalau makar tahu sendiri (akibatnya)."
Untuk diketahui kembali, sebelum aksi 2 Desember 2016, Polisi menangkap 11 orang yang diduga terlibat perencanaan aksi makar.
Beda kritik dan menghina
Mudah saja, coba kita buka KBBI online dan cari tahu beda kritik dan menghina. Setelah itu, camkan dan silakan mengkritik dan hindari menghina karena ada konsekuensi hukumnya.
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Sementara itu, menghina adalah menyinggung perasaan orang (seperti memaki-maki, menistakan).
So, be careful guys! Cerdaslah dan jangan bodoh! (WK)