Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gara-gara Hujan

12 Februari 2016   07:59 Diperbarui: 12 Februari 2016   08:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Hujan menyambut kami pada pagi hari ini. Sejak membuka mata, bunyi rintikan air hujan menjadi musik dalam kami mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas kami. 

Bersamaan dengan kesegaran hujan yang membasahi kota kami, datang juga kemalasan yang memperlambat segala yang kami lakukan. Saya akhirnya keluar rumah lebih lambat dari biasanya, kecepatan kendaraan yang ada di jalan juga melambat, dan kemacetan kecil terjadi di sana sini.

Tetapi tidak semuanya melambat. Jam masuk kerja masih tetap jam 08.00 pagi, demikian juga jam masuk sekolah pada pukul 07.15 pagi. Sekitar seratus meter dari sekolah, mobil kami berhenti dan menambah panjangnya antrian untuk masuk ke dalam sekolah. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 07.18. Sammy (6 tahun) anak saya mulai melihat jam dan bertanya mengapa kita terlambat.

Terus terang, saya sangat tergoda untuk berkata bahwa penyebab utamanya adalah karena hujan. Karena hujan, makanya timbul kemacetan yang menyebabkan kita terlambat. Karena hujan, kendaraan lebih pelan jalannya sehingga kita terlambat. Karena hujan, makanya banyak anak-anak terlambat sampai. Tetapi jawaban tersebut bukan hanya salah, tetapi juga menyesatkan. Jawaban itu memiliki bahaya yang membutakan orang yang memberinya, karena bila sering digunakan, maka mereka akan percaya dengan kebohongan mereka sendiri. Bukankah kita semua memiliki teman-teman yang selalu terlambat dan ketika ditanya, maka mereka memiliki seribu satu alasan untuk membela diri dan menyalahkan pihak lain? Saya mengenal satu pemuda yang sering sekali tidak masuk kantor dan ketika ditanya penyebabnya, berikut beberapa alasannya: “Ketiduran,” “rumah banjir,” “lupa nyalain alarm di HP,” “Baterai di HP habis, jadi alarm tidak bunyi,” “hujan,” “HP lupa simpan di mana, jadi tidak lihat jam.” Apakah mungkin ia menjadi begitu karena sejak kecil, ia “diajarkan” oleh keluarganya untuk mencari kambing hitam ketika hujan turun?

Godaan yang lain yang sempat muncul adalah godaan untuk membunyikan klakson mobil seperti yang saya dengar muncul dari mobil-mobil di samping saya. Entah mengapa, kebanyakan orang menganggap bahwa dengan membunyikan klakson, mobil di depan secara ajaib bisa mendapatkan jalan baru sehingga bisa berjalan dengan mulus. Banyak pengemudi yang terbiasa membunyikan klakson ketika mereka kemacetan terjadi, seakan itu bisa menyelesaikan masalah. Padahal ketika orang di belakang melakukan hal yang sama, maka kita pasti akan merasa tidak nyaman dan terkadang bisa menjadi marah terhadap tindakan tanpa guna itu.

Saya sering berpikir bahwa tindakan membunyikan klakson tanpa guna ini sangatlah kekanak-kanakan. Tidak beda dengan anak saya ketika tidak mendapatkan apa yang dimintanya, ia kemudian berteriak dan membuat ulah. Setiap kali saya dan istri menegurnya dan berkata: “apakah dengan berteriak, maka papa mama akan memberikan apa yang kamu minta?” “Apakah perilaku ini berguna?” Dan ia akan selalu menjawab: “Tidak.” Dan iapun akan diingatkan lagi akan pelajaran ini. Tetapi ternyata banyak pengemudi yang sudah besar yang masih perlu belajar tentang hal ini. Mereka tidak sadar bahwa tindakan membunyikan klakson di dalam antrian kendaraan yang terjebak kemacetan itu sama dengan anak-anak yang berteriak minta mainan padahal orangtuanya sudah berkata: “Tidak.” Tidak berguna dan satu-satunya akibat yang muncul adalah bahwa pengemudi itu akan mengganggu pengemudi-pengemudi yang lain.

 

Kembali kepada pertanyaan anak saya tadi. Diantara beberapa jawaban yang lebih mudah untuk diberikan, saya menyadari bahwa pada akhirnya, jawaban-jawaban seperti diatas hanya akan mengajarkan anak saya untuk membuat alasan membenarkan perilakunya. Dan saya ingin anak saya menjadi lebih baik dari itu.

Karena itu, saya menjawabnya demikian: “Hari ini kita terlambat sampai sekolah karena kita terlambat jalan. Kita terlambat jalan karena tadi pagi terlambat bangun. Karena itu, besok kita bangun lebih cepat ya.”

Sammy: “Tapi Sammy tadi masih ngantuk.”

Saya: “Kalau begitu, kita tidur lebih awal, supaya pagi bisa bangun dengan segar.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun