Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Alam adalah Keniscayaan, Komunikasi yang Kreatif Jadi Keharusan

14 September 2016   13:22 Diperbarui: 14 September 2016   13:43 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil dan motor yang hangus terbakar saat erupsi dahsyat Gunung Merapi di Yogyakarta pada 2010 silam (dok. pri).

Raditya, putra Tumenggung Jaya Lengkara dari Mataram, merasa heran dengan air sungai yang tiba-tiba menghangat. Ia lalu mengamati kondisi sekitarnya dan melihat banyak pohon meranggas.

Beberapa hari kemudian saat hendak menuju desa Jatisar, ia juga dikejutkan dengan hewan-hewan yang berlarian menuruni bukit. Suasana desa pun tampak sunyi dan mencekam. Hingga terdengar suara gemuruh yang mengerikan, Raditya segera memacu kudanya meninggalkan desa.  Di tengah perjalanan ia menyadari  bahwa bencana alam telah terjadi. Gunung merapi meletus. Untungnya semua warga desa telah diungsikan.

Rentetan peristiwa terus berlanjut. Karena sebuah kesalahpahaman, Raditya merasa dikhianati oleh sang istri, Sekar Kinanti. Ia memutuskan pergi. Sementara Sekar Senanti tetap setia menjaga hati

***

Cerita di atas adalah sinopsis singkat “Asmara di Tengah Bencana”, sebuah drama radio yang belum lama ini diluncurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia. Drama ini mengangkat kisah letusan Gunung Merapi pada masa pemerintahan Raja Mataram, Sultan Agung. Layaknya drama, peristiwa bencana alam sebagai pokok cerita dibungkus dalam kisah kehidupan yang penuh roman, seperti percintaan, pengorbanan, dan kesetiaan.

“Asmara di Tengah Bencana” digarap oleh S. Tidjab dan disutradarai oleh Haryoko. Ada 50 episode yang akan diperdengarkan ke telinga masyarakat mulai 18 Agustus 2016 melalui 18 radio lokal dan 2 radio komunitas yang tersebar di beberapa daerah.

Melalui “Asmara di Tengah Bencana” masyarakat diedukasi untuk hidup harmoni dengan alam dan mengetahui potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu di lingkungannya. Berbagai informasi penting seperti tanda-tanda akan terjadinya bencana alam dan dahsyatnya dampak yang ditimbulkan mengisi cerita “Asmara di Tengah Bencana”. Hal ini bukan untuk menimbulkan kecemasan atau ketakutan. Melainkan untuk mendorong masyarakat agar memiliki pengetahuan tentang bencana, tangguh menghadapi bencana serta mampu bangkit setelah terkena bencana.

Komunikasi Bencana adalah Keharusan

Indonesia adalah negara yang sangat rawan bencana. Kondisi alam serta letak geografis menjadi faktor terbesar resiko dan potensi terjadinya bencana alam di Indonesia. Negeri cincin api ini memiliki ratusan gunung berapi yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara. Banyak di antara gunung berapi tersebut berstatus aktif dan sering meletus (erupsi). Kepulauan Indonesia juga terletak pada pertemuan beberapa lempeng tektonik besar di dunia sehingga sering diguncang gempa bumi. Tak jarang gempa yang terjadi memiliki kekuatan dan daya rusak yang besar seperti yang mengguncang Yogyakarta pada 2006.

Wajah sebagian Gunung Berapi di Indonesia (dok. pri).
Wajah sebagian Gunung Berapi di Indonesia (dok. pri).
Pusat gempa yang berada di samudera berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. Menurut badan dunia PBB, The United Nation Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR),  potensi tsunami di Indonesia adalah yang tertinggi dari 265 negara. Kedahsyatan tsunami di Aceh pada 2004 adalah bukti yang paling nyata.Resiko tsunami di negara kita lebih besar dibandingkan Jepang yang selama ini dikenal langganan diterjang gempa.

Wilayah Indonesia yang beriklim tropis di bawah garis khatulistiwa sering mengalami perubahan cuaca, suhu dan angin sepanjang tahun. Topografi daerah-daerah di nusantara juga sangat beragam. Semua kondisi tersebut menyimpan potensi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, serta kebakaran lahan dan hutan. Hal itu diperparah oleh aktivitas manusia dan pembangunan yang bersifat eksploitatif sehingga kerusakan lingkungan semakin meluas. Bencana alam pun seolah silih berganti terjadi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun