Tak heran jika muncul dugaan bahwa pihak Kemenpora berada di belakang aktivitas para buzzer yang menyerang pebulutangkis tanah air. Netizen dan sejumlah pihak pun menyindir Kemenpora yang lebih memilih mengeluarkan dana untuk membayar buzzer dibanding memberikan apresiasi kepada para atlet.
Padahal, apresiasi kepada pahlawan olahraga tidak harus berupa bonus uang. Pujian atau kalimat simpatik juga bisa menjadi bentuk apresiasi dibanding mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bersikap menyerang, apalagi melalui perantara buzzer. Apresiasi juga bisa diberikan dalam bentuk dukugan fasilitas latihan dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan para atlet.
Maka, mundurnya tim bulutangkis Indonesia dari Kejuaraan Dunia yang berarti menutup peluang Indonesia untuk kembali berjaya di arena olahraga dunia akan menjadi tamparan bagi Menpora dan para buzzer yang kurang menghargai perjuangan para atlet.
Atau malah sebaliknya. Mungkin sekarang ada pihak-pihak yang menarik nafas lega karena dengan tidak adanya gelar juara dunia tahun ini, maka tidak perlu menyiapkan bonus dan apresiasi tambahan. Lebih baik dananya disiapkan untuk menjaga citra lewat buzzer. Â Begitu?