Bicara soal "kreasi menu buka puasa yang tidak biasa", saya agak sulit membayangkannya. Rasanya makanan saya selama berpuasa tergolong biasa-biasa saja. Menunya tak jauh beda dengan hari-hari lain di luar bulan Ramadan.
Apakah saya harus menumis semangka atau menggoreng es batu untuk menciptakan menu yang tak biasa? Bisa-bisa saya dicaci maki netizen.
Lagipula lazimnya dianjurkan berbuka ialah dengan yang sederhana dan biasa saja. Itu sebabnya kurma yang jadi sunah nabi. Lalu orang Indonesia menambahnya dengan segelas teh manis, bisa dingin atau hangat. Setelah itu baru makan berat.
Barangkali makan berat ini poinnya. Memang sudah jadi fenomena dan kebiasaan banyak orang untuk memasak atau menyiapkan menu berbuka secara all out. Menu yang tak biasa dikonsumsi pun menjadi lebih sering tersaji saat Ramadan.
Namun, tetap saja sulit saya membayangkan menu makan berat yang tak biasa. Sebab selera makan saya sangat biasa dan standar. Kalaupun ada menu yang menurut saya tak biasa, boleh jadi sudah biasa bagi orang lain. Sebaliknya, mungkin makanan yang dianggap tak biasa ternyata sudah biasa bagi saya.
Saya jarang sekali berbuka dengan nasi goreng, apalagi nasi goreng pete. Maka bagi saya ini jadi pengalaman berbuka puasa yang tak biasa. Di sisi lain saya merupakan penyuka nasi goreng pete. Pada hari-hari di luar Ramadan, lumayan sering saya menyantapnya.
Walau banyak orang menghindari pete, terutama karena baunya, tapi bagi saya bahan yang satu ini sering berhasil menambah kenikmatan suatu makanan. Adanya pete di sambal goteng kentang menjadi pelengkap terbaik. Pete dalam lalapan yang disajikan bersama sambal tomat juga mantap rasanya. Pete dalam aneka tumis sayur juga sering menggoda selera makan saya. Soal bau bisa diakali. Yang penting lidah terpuaskan dulu.
Nasi goreng pete untuk berbuka tampaknya cukup menantang. Sebab bau pete bisa menimbulkan rasa kurang nyaman. Bisa-bisa saat menyantap nasi goreng pete, orang di dekat kita akan kehilangan selera makan ketika mencium bau pete telah menyebar ke mana-mana.
Walau demikian bukan ide yang buruk untuk memasak nasi goreng pete sendiri. Lagipula resep nasi goreng sudah saya kuasai sejak lama. Soal takaran saya tak bisa memastikan. Pokoknya mengikuti naluri dan perasaan saja. Kalau kurang asin, tinggal ditambah garam saja. Jika terlalu asin, biasanya saya tambahkan kecap lebih banyak. Kalau kurang pedas tak masalah karena saya memang tidak suka makanan yang terlalu pedas.
Oleh karena itu saya hanya mengambil satu buah cabe rawit dan cabe merah. Ditambah satu bawang putih dan bawang merah, serta garam secukupnya. Semua bumbu tersebut diulek. Hasilnya seperti sambal bawang.
Berikutnya menyiapkan pete. Lima biji saya anggap sudah cukup nikmat. Kebetulan satu papan pete yang saya punya berisi 11 biji. Jadi separuh sisanya bisa disimpan lagi untuk nasi goreng pete berikutnya di lain hari.
Selagi semerbak aromanya keluar, masukkan nasi putih yang telah didinginkan sebelumnya. Biasanya sebelum memasak nasi goreng, saya mendinginkan nasi putih selama 20-30 menit.
Aduk nasi dan bumbunya sebentar. Cicipi rasanya untuk memeriksa tingkat keasinannya. Kalau sudah cocok tinggal masukkan pete.
Aduk kembali agak lama sampai pete dirasa sudah lebih lunak dan nasi goreng tercampur merata. Saat memasak nasi goreng pete, inilah babak yang paling saya nikmati. Sebab di sinilah uap panas dari penggorengan telah menguarkan aroma gurih yang bercampur dengan aroma pete.
Selamat berbuka puasa dengan yang beraroma.