Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyoal Vaksin Covid-19 Berbayar, Pakai "Pre-order", "Cashback", dan "Flash sale"?

21 Januari 2021   08:38 Diperbarui: 21 Januari 2021   08:57 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polemik Vaksin Covid-19, dari berbayar, lalu gratis, kemudian berbayar terbatas (dok. pri).

Program vaksinasi Covid-19 baru dimulai. Namun, gagasan vaksin berbayar kembali diangkat.  Pemerintah dianggap tidak konsisten. Polemik menguat lagi soal perbedaan jenis dan merek vaksin yang diberikan gratis dan yang berbayar.

Vaksin berbayar yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan sebenarnya bukan gagasan baru. Sebab sebelum Presiden Jokowi memutuskan vaksinasi gratis pada pertengahan Desember 2020, pemerintah memang telah menyiapkan dua skema vaksinasi. Yakni, vaksin program pemerintah yang digratiskan dan vaksin mandiri yang harus dibayar sendiri oleh masyarakat jika ingin disuntik vaksin Covid-19.

Bedanya, kali ini opsi vaksin berbayar digulirkan untuk mengakomodasi kepentingan sektor swasta yang menghendaki pemerintah memberikan keleluasaan bagi perusahaan-perusahaan untuk mendorong karyawannya disuntik vaksin tanpa harus menunggu giliran lebih lama. Pengusaha berdalih opsi vaksin berbayar terbatas bagi karyawan dan sektor swasta akan mempercepat tercapainya target vaksinasi, meringankan beban keuangan negara, sekaligus mendorong percepatan ekonomi.

Sepintas tak ada yang keliru dengan vaksin berbayar. Namun, mengingat program vaksinasi Covid-19 belum lama digulirkan dan masih banyak masyarakat yang salah memahami  vaksin, opsi vaksin berbayar justru bisa membuat masyarakat semakin memandang sinis vaksinasi. Masyarakat akan menganggap pemerintah tidak konsisten dengan program vaksinasi gratis untuk semua rakyat. Dari berbayar, lalu digratiskan, kemudian berbayar secara terbatas.

Anggapan bahwa vaksin Covid-19 merupakan bagian dari bisnis komersil akan menguat kembali. Sebab meski opsi vaksin berbayar akan ditujukan bagi kalangan tertentu, masyarakat mungkin akan menaruh curiga bahwa selanjutnya opsi berbayar juga akan didorong untuk masyarakat umum. Mengingat tabiat pejabat Indonesia dengan model kebijakan yang suka berubah-ubah di tengah jalan.

Ditambah pernyataan Menteri BUMN yang menyebutkan vaksin berbayar nantinya menggunakan jenis dan merek vaksin yang berbeda. Jika benar terjadi, langkah ini akan memicu prasangka publik tentang kastanisasi vaksin.

Seolah-olah kualitas vaksin yang diberikan secara gratis dengan yang berbayar sengaja dibedakan. Anggapan demikian akan berbalik menjadi kontraproduktif dengan harapan mempercepat terpenuhinya target vaksinasi melalui opsi berbayar.

Maka dari itu, melempar kembali opsi vaksin berbayar justru menambah ketidakpastian di tengah pandemi. Menteri Kesehatan mestinya belajar dari banyaknya kesalahan komunikasi selama pandemi di mana para pejabat gemar melempar gagasan dan pernyataan yang belum matang sehingga memicu polemik.

Walau demikian opsi vaksin berbayar terbatas tengah dipertimbangkan oleh pemerintah.  Presiden Jokowi telah menugaskan Kementerian Keuangan bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Kesehatan untuk mengkaji penyesuaian kebijakan terkait vaksin berbayar.

Sambil menunggu kepastian vaksin berbayar terbatas, kita boleh menebak seperti apa nantinya mekanisme untuk mengaksesnya.

Mungkin akan ada layanan pre-order vaksin Covid-19 melalui sebuah aplikasi khusus. Jangan terkejut sebab pada Desember 2020 pemerintah sebenarnya sedang mengembangkan aplikasi khusus untuk masyarakat yang hendak memesan vaksin berbayar. Mengingat vaksinasi akhirnya diputuskan gratis sepenuhnya, maka aplikasi tersebut tak jadi diluncurkan.

Bukan tidak mungkin jika opsi vaksin berbayar terbatas direstui pemerintah, aplikasi tersebut akan digunakan dengan sedikit penyesuaian atau modifikasi. Mereka yang menjadi target vaksinasi berbayar akan bisa melakukan pre-order vaksin Covid-19 melalui aplikasi.

Pre-order vaksin akan jadi pengalaman baru yang menarik. Sensasinya akan menyerupai kenikmatan mengakses kebutuhan melalui belanja daring.

Lalu kita berandai-andai secara serius, apakah akan ada "cashback" jika melakukan pre-order? Apakah nanti di halaman aplikasi akan ada "flash sale" vakin Covid-19 yang harganya lebih murah?

Orang Indonesia yang giat belanja daring pasti sudah sangat terbiasa dengan "cashback" dan "flash sale". Adanya gimmick semacam itumembuat belanja daring semakin menarik, menantang, dan memacu adrenalin.

Kalau dipikir-pikir gimmick "cashback" dan "flash sale" boleh juga dipertimbangkan. Paling tidak penawaran "cashback" dan "flash sale" bisa menaikkan antusiasme publik. Sebab ada fenemona atau anomali menarik yang dijumpai pada banyak orang ketika melihat tawaran "cashback" dan "flash sale".

Banyak orang menjadi kurang peduli soal harga jika ada "cashback" dan "flash sale". Meski harganya lebih mahal atau sudah dinaikkan lebih dulu, asalkan ada embel-embel "cashback" dan "flash sale", alam bawah sadar akan mengatakan itu murah.

Jadi, siapa tahu harga vaksin Covid-19 berbayar akan dianggap murah jika ada gimmick "cashback" dan "flash sale". Dengan demikian orang akan semakin antusias menjadi peserta vaksinasi berbayar sebab saat mengakses aplikasi dan memesan vaksin Covid-19 sensasinya seperti sedang berbelanja daring.

Asal jangan ada yang berpikir dan mengharapkan "gratis ongkir". Atau menunggu tanggal cantik dengan harapan ada "harbolnas" khusus vaksin Covid-19.

Jangan juga ada yang berpikir untuk menunda vaksinasi sampai akhir tahun. Siapa tahu di ujung tahun akan ada "cuci gudang" dan "banting harga" vaksin Covid-19. Kalau begini sih memang dasar orang Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun