Sriyono selalu berusaha menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati. Ia juga merasa senang karena sejak pemerintahan yang baru saat ini, Candi Gunungsari lebih diperhatikan. "Sejak ganti presiden, orang-orang kantor jadi sering kontrol ke sini", kata pria kelahiran 14 Oktober 1967 ini.
Ia lalu melaporkan ke balai pelestarian cagar budaya setempat untuk didata. Karena keterbatasan biaya dan tenaga untuk mengembalikannya ke atas bukit, Sriyono mengambil inisiatif untuk menyimpan puluhan batu dan artefak tersebut di rumahnya dengan seizin pihak balai. "Semua saya simpan, ada bukti suratnya  kalau saya menjaganya sementara di rumah", kata Sriyono.
Selain itu, saat datang di pagi hari Sriyono beberapa kali menjumpai sisa sesajen di dalam area Candi Gunungsari. Menurutnya hal itu tak terlepas dari keyakinan banyak orang bahwa Gunungsari termasuk tempat keramat. Apalagi di bukit ini juga terdapat makam kuno. Namun, ia mengaku tak ambil pusing dengan aktivitas klenik dan mistis seperti itu. Baginya yang penting mereka tidak merusak atau mencuri batu-batu Candi Gunungsari.Â
***
Situs Gunungsari menjadi gambaran betapa jejak kebesaran peradaban Nusantara seringkali terlupakan. Candi Gunungsari adalah peninggalan zaman Hindu yang diperkirakan berasal dari abad VI hingga VIII. Rentang waktu itu memunculkan dugaan bahwa candi ini termasuk yang tertua di tanah Jawa.Â
Beruntung ada Sriyono yang memberikan waktu dan tenaganya untuk menjaga serta merawat peninggalan berharga tersebut. Dengan penuh dedikasi ia mengabdi agar peradaban Gunungsari tetap lestari. Bagi Sriyono, Candi Gunungsari telah menjadi bagian hidupnya. "Rasanya ada yang kurang kalau sehari nggak ke sini," katanya.