Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Sriyono, Mengabdi untuk Peradaban Gunungsari

15 September 2017   13:16 Diperbarui: 15 September 2017   14:15 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sriyono, sosok yang menjaga dan merawat situs Candi Gunungsari di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah (dok. pri).

Siang itu cuaca lumayan panas. Angin yang berhembus kencang di puncak bukit  tak mampu mengusir terik matahari yang menyengat. Beruntung ada beberapa rumpun bambu di sekeliling bukit yang bisa digunakan untuk berteduh. 

Di tengah puncak bukit sebuah pohon besar berdiri kokoh. Kanopinya sedikit menaungi ribuan batu yang sebagian besar berbentuk balok. Batu-batu tersebut saling bertumpuk. Namun, ada juga yang terserak di beberapa sudut. Banyak di antaranya sudah ditumbuhi lumut. Batu-batu itu adalah bagian dari struktur Candi Gunungsari.

Candi Gunungsari ditemukan secara tak sengaja pada tahu 1996 di puncak sebuah bukit di Dusun Gunung Sari, Desa Gulon, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ketika itu di tempat ini akan dibangun menara pemancar TVRI. Dalam proses awal pembangunan ternyata ditemukan beberapa batu yang diduga bagian dari candi. Penemuan itu ditindaklanjuti melalui penelitian dan ekskavasi yang akhirnya mengungkap keberadaan sebuah situs candi. Pembangunan menara pun dibatalkan.

Selain struktur bangunan candi, ditemukan juga beberapa artefak berharga seperti lingga dan struktur yang diduga sebagai tempat penyimpanan abu jenazah. Sayangnya, kondisi ribuan batu di Candi Gunungsari hingga kini belum tersusun sempurna. Beberapa bagian struktur candi juga masih terpendam di dalam tanah. 

***

Oleh Sriyono, batu-batu itu dijaga dan dirawat setiap hari. Ia juga yang membersihkan area sekitar candi dari sampah dedaunan serta semak dan rumput yang tak berhenti tumbuh di atas tanahnya yang subur. Karenanya meski ribuan batu candi itu terkesan tak teratur, tapi tetap terjaga dan area candi pun terlihat bersih. 

Sriyono, pria berusia 50 tahun ini saya temui ketika sedang menyapu area situs Gunung Sari beberapa waktu lalu. Ia adalah penjaga Candi Gunungsari yang telah bertugas merawat situs ini sejak tahun 1999.

Batu-batuan candi di situs Gunungsari (dok. pri).
Batu-batuan candi di situs Gunungsari (dok. pri).
Batuan candi yang berserakan dan sisa-sisa struktur Candi Gunungsari (dok. pri).
Batuan candi yang berserakan dan sisa-sisa struktur Candi Gunungsari (dok. pri).
Bukit tempat candi berada bukanlah tempat baru bagi Sriyono. Ia menuturkan sudah mengenal tempat ini jauh sebelum ditemukannya candi. Sebagai penduduk lokal, ia sering mencari rumput, kayu bakar, bahkan berkebun di sekitar bukit Gunungsari. Pada tahun 1996 saat ekskavasi candi dilakukan, ia dan beberapa warga  juga ikut membantu mengangkat temuan batu candi ke atas bukit.

Pengalamannya membantu ekskavasi membuatnya kagum terhadap keberadaan batu-batu candi tersebut.  Hatinya tergerak untuk membantu merawat candi di saat banyak orang enggan melakukan hal yang sama. "Kalau bukan orang yang biasa naik bukit apalagi tiap hari harus membersihkan, kan nggak bisa,kata Sriyono.

Menjadi penjaga sekaligus perawat candi yang berada jauh dari keramaian, apalagi di atas bukit seorang diri bukanlah tanpa pengorbanan. Setiap hari Sriyono berangkat dari rumahnya di Ngasem, tak jauh dari Gunungsari, untuk memulai tugasnya. Biasanya ia membersihkan area candi terlebih dahulu. Kemudian ia memeriksa kondisi batuan candi. Jika ditemukan lumut  mulai menutupi batu-batu tersebut, ia akan membersihkan semampunya.

Jika pekerjaan membersihkan candi dirasa sudah cukup, Sriyono akan tetap berada di tempat sampai tengah hari. Rasa sepi sudah menjadi temannya setiap hari karena candi ini nyaris tak pernah didatangi banyak orang kecuali beberapa warga sekitar yang mampir setelah mencari rumput di bukit. 

Lewat pukul 12.00 Sriyono biasanya pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Akan tetapi hal itu tak dilakukannya lama. Menjelang sore ia akan kembali menjenguk Gunungsari. Sriyono tak bertugas menjaga candi di malam hari sehingga sampai keesokan harinya tempat ini dibiarkan tanpa penjaga.

Di puncak bukit ini Candi Gunungsari berada (dok. pri).
Di puncak bukit ini Candi Gunungsari berada (dok. pri).
Sriyono menceritakan pengalamannya menjaga dan merawat Candi Gunungsari (dok. pri).
Sriyono menceritakan pengalamannya menjaga dan merawat Candi Gunungsari (dok. pri).
Pada tahun 2008, berkat dedikasi serta jerih payahnya menjaga dan merawat Candi Gunungsari, ia diangkat menjadi pegawai. Tugas menjaga Candi Gunungsari kemudian terus dijalaninya hingga saat ini. Ia mensyukuri gaji yang diperolehnya setiap bulan meski kadang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi beberapa kebutuhan perawatan candi. Semua dilakukan karena ia peduli dengan peninggalan sejarah peradaban tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun