Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

SUCA, Gaya Cerdas Membumikan Stand Up Comedy

7 Desember 2015   08:12 Diperbarui: 7 Desember 2015   08:40 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua pandangan tersebut tak terelakkan. Sebagai panggung baru, SUCA mau tak mau dibandingkan dengan kompetisi serupa yang sudah lebih dulu ada. Akan tetapi, banyak orang tidak mengerti bahwa SUCI atau SU Metro TV juga bukan format baku panggung stand up comedy yang harus diikuti oleh semua panggung kompetisi. Termasuk mengenai ketentuan peserta, SUCA memiliki kriteria yang memperbolehkan orang berkompetisi meski pernah tampil di TV atau mengikuti kompetisi lain. Yang terpenting sebagai panggung stand up comedy SUCA melakukan hal yang semestinya, yaitu menampilkan komika dengan ide dan keresahannya masing-masing. Selebihnya, sebagai acara TV SUCA perlu dikemas berbeda dari yang sudah ada.

SUCA akhirnya menggapai sukses besar. Panggung kompetisi ini menyedot perhatian banyak orang mulai dari penonton awam hingga para pelaku stand up comedy. Sejak pertama kali ditayangkan share penonton SUCA terus meningkat dari hanya belasan persen di episode perdana menjadi 34,3% saat grandfinal. Sepertiga penonton TV Indonesia pada saat itu menyaksikan SUCA selama hampir 4 jam. Bahkan tayangan ulangnya ditonton oleh 55% penonton TV. Angka yang mungkin hanya bisa disaingi oleh tayangan final sepakbola dan debat kampanye presiden.

Mengenai kompetisi yang terhitung pendek yakni 6 minggu, hal ini justru menguntungkan SUCA yang ditayangkan seminggu 4 kali. Selain menghindari kejenuhan peserta dan penonton, juga untuk merawat rasa penasaran terhadap season 2.

[caption caption="Aksi Musdalifah sang juara 3 di malam Grandfinal SUCA (liputan6.com)."]

[/caption]

[caption caption="Ephy, juara 2 SUCA asal NTT (liputan 6.com)."]

[/caption]

[caption caption="Cemen, sang juara I SUCA (bintang.com)."]

[/caption]

Perjalanan SUCA di musim pertamanya ini akhirnya melahirkan 3 komika juara yang lucu dan memiliki gaya yang berbeda dari deretan komika yang sudah ada. Musdalifah, wanita berusia 17 tahun dari Pinrang keluar sebagai juara 3. Kepolosannya berpadu dengan keberanian dan kelugasan menceritakan hal-hal seputar kehidupannya. Tak jarang Musdalifah mengangkat cerita-cerita sensitif yang berhasil diamini banyak orang. Sementara itu, Ephy, sang juara 2 berhasil membangun citra diri sebagai “komika dari timur”. Meski sudah ada segelintir nama komika lain dari timur Indonesia, namun pembawaan Epy berhasil menciptakan perbedaan. Ephy juga menjadi kontestan SUCA yang penampilannya melesat mulai dari awal kompetisi hingga grandfinal. Panggung SUCA melahirkan juara 1 yang cukup fenomenal yakni Cemen. Kekuatan personal, gaya penyampaian yang unik dan rasa komedi yang kental membuatnya berhasil menciptakan rentetan tawa dari materi-materi sederhana.
***
Apa yang membuat SUCA menggapai sukses besar meski hanya digelar 6 minggu?. Padahal, nama kompetisi ini baru terdengar kurang dari sebulan sebelum episode perdananya tayang sehingga terkesan sebagai panggung dadakan.

Ada 4 aspek yang berhasil diolah secara cerdas oleh Indosiar dalam memanggungkan stand up comedy kali ini. Pertama, SUCA memanfaatkan segmen penonton Indosiar yang sudah kuat terbentuk dan semakin luas berkat talent search sebelumnya terutama Dangdut Academy (DAcademy). Melalui DAcademy yang sukses 2 tahun terakhir, Indosiar seolah berhasil memetakan profil penontonnya. Melalui acara tersebut pula Indosiar menemukan formula kompetisi yang ideal untuk segmen penonton setianya. Oleh karena itu, tak mengherankan jika SUCA dikemas dengan format dasar seperti DAcademy, yaitu waktu tayang marathon, host keroyokan, juri yang aktif berbicara, serta komentator/mentor sebagai komplemen yang tak kalah meramaikan. Semuanya dihadirkan sekaligus. Meski tak disukai sebagian orang, namun ada lebih banyak lagi penonton yang menggemari format kompetisi tersebut. Format “Indosiar Banget” tersebut diyakini tetap dipertahankan pada SUCA season 2 yang akan segera dimulai tahun depan.

Kedua, selain mengenggam segmen penonton setia Indosiar, SUCA juga berhasil menarik segmen penonton lainnya termasuk masyarakat yang awam stand up comedy maupun pecinta stand up comedy. Caranya dengan menghadirkan nama-nama populer seperti Raditya Dika, Pandji, Ernest Prakasa, hingga para komika jebolan kompetisi lain yang sudah memiliki penggemar masing-masing.

Ketiga, SUCA dihadirkan di waktu yang sangat tepat. SUCA berhasil mengisi jeda kekosongan talent search utama baik di Indosiar maupun di TV lain. Sementara dari aspek stand up comedy, SUCA hadir di saat demam stand up comedy sedang meninggi tapi ledakannya belum terjadi. SUCA-lah yang berhasil menciptakan ledakan itu dengan memanfaatkan letupan-letupan yang dibuat oleh SUCI dan SU Metro TV. SUCA adalah hasil dari ketepatan mencuri momentum atas demam stand up comedy di Indonesia.

Keempat, SUCA adalah hasil benchmarking yang jeli atas kompetisi stand up comedy yang sudah ada sebelumnya, terutama SUCI. Gaya cerdas memanggungkan stand up comedy yang dilakukan SUCA adalah mengisi bagian-bagian yang tidak ditampilkan atau tidak dilakukan oleh SUCI. Hasilnya panggung SUCA tayang di jam prime time dan golden time. Tidak hanya seminggu sekali, tapi empat hari dalam seminggu. Belum pernah ada panggung stand up comedy di TV yang mendapatkan treatment seperti SUCA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun