Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kronis yang masih menjadi tantangan serius dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Lebih dari sekadar tubuh yang pendek, stunting mencerminkan terganggunya pertumbuhan anak secara menyeluruh, termasuk perkembangan otak dan kemampuan belajar yang berujung pada rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Di tengah upaya nasional untuk menurunkan prevalensi stunting, Desa Tugusari yang terletak di Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, menjadi salah satu wilayah yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2023, angka stunting di wilayah ini masih tergolong tinggi. Rendahnya literasi gizi, praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang belum tepat, serta akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan menjadi faktor penyebab utamanya.
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa dan dosen dari Program Studi Kebidanan Universitas dr. Soebandi, upaya edukasi dan pemberdayaan masyarakat pun dimulai.
Edukasi sebagai Langkah Awal Pencegahan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada para ibu mengenai pentingnya gizi seimbang, ASI eksklusif, dan praktik pengasuhan yang mendukung tumbuh kembang anak---terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Menggunakan pendekatan partisipatif edukatif, penyuluhan dilakukan secara interaktif dengan metode diskusi kelompok terarah (FGD), pembagian leaflet informatif, dan sesi tanya jawab. Para peserta---yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, serta kader posyandu---menunjukkan antusiasme yang tinggi. Banyak dari mereka mengaku baru pertama kali mendapatkan penjelasan yang menyeluruh mengenai stunting.
Dari Pengetahuan Menuju Aksi Nyata
Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta. Sebelum penyuluhan, hanya 34% peserta yang memahami definisi dan penyebab stunting secara benar. Setelah kegiatan, angka tersebut melonjak hingga 88%.
Tidak hanya pengetahuan yang meningkat, perubahan sikap pun mulai terlihat. Sebanyak 76% peserta menyatakan komitmennya untuk mulai menerapkan pola makan gizi seimbang serta memperbaiki praktik pemberian MP-ASI di rumah. Lebih dari itu, banyak ibu yang bertekad untuk lebih aktif memanfaatkan layanan kesehatan seperti posyandu secara rutin.
Pentingnya Keberlanjutan dan Kolaborasi