Mohon tunggu...
Wa Ode Alyana Putri Amsya
Wa Ode Alyana Putri Amsya Mohon Tunggu... UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Menulis adalah salah satu hobi saya. Genre tulisan bisa berupa ekonomi, sejarah, pendidikan, dan resep masakan.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rupiah Bermartabat di Era Digital: Bagaimana Peran Ekonomi Syariah?

29 September 2025   20:02 Diperbarui: 29 September 2025   20:02 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rupiah Identitas Bangsa; Gemini AI

Seiring berkembangnya teknologi finansial, masyarakat Indonesia semakin terbiasa hidup tanpa dompet tebal berisi uang tunai. Kini, hampir semua transaksi bisa dilakukan dengan QRIS, mobile banking, atau e-wallet. Praktis, cepat, dan efisien. Namun, di balik kenyamanan itu, ada satu hal penting yang harus selalu kita ingat: "Rupiah adalah Simbol Martabat Bangsa". Rupiah bukan sekadar alat tukar, melainkan representasi kedaulatan ekonomi dan identitas nasional. Ketika kita menjaga rupiah, sejatinya kita sedang menjaga kehormatan Indonesia.

Rupiah sebagai Simbol Kedaulatan

Rupiah mempunyai kedudukan istimewa di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang menegaskan mengenai kewajiban setiap orang agar menggunakan rupiah dalam transaksi di wilayah NKRI. Hal ini menandakan bahwa rupiah tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga bernilai politis dan ideologis.

Meski demikian sangat disayangkan bahwa, kesadaran masyarakat terhadap hal ini belum sepenuhnya kuat. Masih ada praktik penggunaan mata uang asing di daerah wisata, maraknya pemalsuan uang, hingga kecenderungan menganggap rupiah kalah "gengsi" dibanding dolar atau euro. Berbicara tentang pemalsuan Rupiah, dapat dilihat dari laporan yang dikutip dari Bank Indonesia, bahwa pada bulan Maret 2024, menjelang Lebaran terdapat penemuan uang palsu, sebanyak 1.077 lembar pecahan Rp 100.000, atau senilai sekitar Rp 107,7 Miliar.

Terlebih di era digital, tantangan tersebut semakin kompleks. Rupiah kini tidak hanya hadir dalam bentuk fisik (lembaran uang), tetapi juga dalam bentuk digital. Hal tersebut membuka peluang besar sekaligus ancaman baru.

Adapun Tantangan Rupiah di Era Digital, yaitu:

1. Pemalsuan dalam bentuk baru

Dulu, pemalsuan rupiah identik dengan percetakan uang kertas palsu. Kini, ancaman lebih beragam, seperti manipulasi transaksi, phishing, pencurian data, hingga penipuan melalui aplikasi keuangan. Kejahatan cyber semacam ini bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran digital yang berbasis rupiah.

2. Ketergantungan pada sistem global

Sebagian infrastruktur pembayaran digital masih terhubung dengan sistem asing. Jika ketergantungan ini berlebihan, maka kedaulatan rupiah bisa terganggu. Misalnya, jika masyarakat lebih nyaman menyimpan uang dalam bentuk dolar digital atau aset kripto, rupiah akan kehilangan daya tariknya sebagai instrumen utama transaksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun