Bapak-bapak bermain catur berbalut sarung dan kupluk, dibelai hawa dingin malam. Anak muda kongkow di warung kopi untuk melepaskan isi hati dan pikiran. Ibu-ibu mengerumuni tukang sayur, meski cuma belanja cabe dan bawang.
Intinya, manusia--di Indonesia khususnya--suka berkumpul dan bermusyawarah. Apa pun gender, profesi, hobi, suku, klub bola favorit, maupun agamanya. Berkumpul untuk mengobrol dan saling bertukar pikiran.
Tak seperti anggota dewan berdasi yang rapat sampai mengantuk, obrolan di forum non-formal itu tak pernah usang, tak ada habisnya.
***
Gerejaku memiliki banyak program kerja. Dari sekian banyak program itu, salah satunya adalah Ngobras (Ngobrol Santai Bersama Jemaat). Sebenarnya, ini adalah persidangan majelis jemaat yang diperluas. Gampangnya, forum diskusi dan sharing antara majelis jemaat dan jemaat.
Majelis jemaat melaporkan program yang sudah dilaksanakan selama setahun (setengah periode anggaran). Jemaat diizinkan bertanya, memberikan usulan maupun tanggapan. Dengan begitu, jemaat juga dilibatkan dalam program yang berjalan.Â
Setahun sebelumnya, ada juga program untuk menampunh aspirasi dari jemaat. Maka, program yang dibuat setidaknya berlandaskan pada kebutuhan dan keberadaan jemaat. Majelis tidak asal membuat program, yang penting ada program dan anggaran, padahal belum tentu dibutuhkan oleh jemaat.
Dalam acara Ngobras ini, perwakilan tiap badan pelayanan diharapkan hadir. Jemaat juga diundang untuk turut hadir. Jadi jemaat juga tahu, berapa perkiraan anggaran yang masuk, anggaran yang direalisasikan, serta apa saja program yang diadakan.Â
Apa targetnya? Kehidupan jemaat dibangun secara rohani maupun jasmani. Peserta Ngobras juta beragam. Berbeda-beda profesi san latar belakang, beda suku, beda pula usianya dari pemuda sampai lansia.
Selain itu juga bisa menjadi sarana mengenal lebih dalam dengan anggota jemaat. Bayangkan, dari ribuan jemaat, bagaimana bisa mengenal secara mendalam kalau tidak melalui forum seperti ini.