Kembali ke Aceh. SDN Paya Baro, yang terletak di wilayah pedalaman dan merupakan desa terakhir di Kecamatan Meurubo, terancam ditutup Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat. Bukan karena tidak ada gedung maupun murid. Gedungnya ada. Murid dan gurunya pun ada.Â
Lantas kenapa ditutup? Karena kekurangan jumlah murid. Tidak memenuhi standar nasional. Sungguh memalukan. Tidak rasional. Mengkhianati undang-undang.
Seberapa pelosok SDN Paya Baro berada? Apakah terbaca di maps? Terbaca kok. Tapi standar nasional yang menjadi patokan.
Berapa jumlah murid sesuai standar nasional? Menurut Pemendikbudristek No. 47 Tahun 2023 tentang standar pengelolaan pendidikan, jumlah satu rombongan belajar (satu kelas) adalah 28 siswa. Sedang di SDN Paya Baro hanya ada 24 siswa.
SDN Paya Baro sudah beroperasi dengan baik meski penuh keterbatasan dan sudah ada sebelum terjadi konflik di Aceh. Kan sudah lama ada, kenapa sekarang harus ditutup? Apakah demi efisiensi anggaran juga...?
Jarak sekolah lain yang terdekat setidaknya sejauh lima kilometer dengan jalan berbatu dan belum diaspal melewati hutan. Para siswa harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah. Jika harus menempuh lima kilometer ini bisa meningkatkan angka putus sekolah.
"Terpaksa" Tetap Membuka Stasiun Demi Seorang MuridÂ
Pemerintah Jepang mendapat sorotan pada Januari 2016.  Stasiun Kyū-Shirataki menjadi topik berita global dengan "stasiun yang tetap buka untuk seorang siswa SMA". Karena minimnya jumlah penumpang, JR Hokkaido--pengelola kereta api Jepang--mengumumkan akan menutup stasiun Kyū-Shirataki pada Maret 2016.
Surat kabar The Asashi Shimbun (7 Januari 2015) menceritakan seorang siswa SMA bernama Kana Harada (17 tahun). Ia menggunakan kereta di stasiun Kyū-Shirataki untuk pergi dan pulang sekolah. Penutupan stasiun ditunda demi seorang siswa, dan baru ditutup pada 1 Maret 2016 saat acara kelulusannya.
Janganlah membandingkan dengan Jepang. Ini kan Indonesia. Indonesia punya program strategis nasional yang lebih penting untuk dijalankan.Â
Pemerintah tidak Serius pada Pendidikan Indonesia