Mohon tunggu...
Fauzan Nadhil Qisthi
Fauzan Nadhil Qisthi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Newbie Writer

Write is a lifekey

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Belanja Online Menjadi Candu, Siap-Siap Mentalmu Terganggu!

27 Oktober 2021   11:37 Diperbarui: 31 Oktober 2021   21:36 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tahukah kamu? Pada era perkembangan teknologi modern ini, dunia dihadirkan oleh pandemi covid-19, yang mana teknologi mengambil andil menjadi peran utama dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Terkhusus dengan "Media sosial" yang ada di SmartPhone.

Menyangkut perihal sosial media, apasih sosial media itu? Media online adalah suatu media yang digunakan hampir 85% penduduk di indonesia yang melibatkan golongan tua, muda, bahkan anak - anakpun menggunakan. Dengan alasan dan berbagai kebutuhan contohnya:


Pembelajaran
Pemasaran
Pekerjaanb
Tempat hiburan semata.

Apasih yang terjadi terhadap perkembangan teknologi ini? banyaknya sektor-sektor yang mengubah segala bentuk pemasaran dan pembelajaran. Salah satunya pemasaran, metode pemasaran yang digunakan atau sering disebut dengan "Online Shop". di mana sistem yang digunakan bukan hanya 1 atau bahkan lebih, dan banyak sekali kebutuhan serta keperluan sekarang melalui belanja online atau Online shop.

Namun, dibalik kemudahan berbelanja online yang super instant dan menyenangkan tersebut, ternyata menyimpan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan. Dilansir dari survei The Trade Desk, bahwa 8 dari 10 (82 persen) konsumen Indonesia mulai berbelanja secara online setidaknya 1x/bulan. Bahkan 1 dari 4 konsumen berbelanja online lebih dari 1x /minggu. Secara global, tidak ada yang salah dalam kegiatan berbelanja online, apalagi berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tetapi, faktanya hanya segelintir orang berbelanja online untuk memenuhi kebutuhan pokok, selebihnya mengarah kesifat konsumerisme yang lahir dari gaya hidup hedonis.

Sifat konsumerisme tersebut dapat memicu kecanduan berbelanja (compulsive buying disorder) pada seseorang, yang mana dapat menimbulkan hasrat tak terbendung untuk membeli barang secara berlebihan. dilansir dari PsychologyToday, sebuah penelitian dari PloS One menyebutkan bahwa belanja online bisa berdampak buruk bagi otak. Belanja online disebut dapat mengurangi fokus dan berpengaruh pada reaksi seseorang. Para peneliti mengungkapkan bahwa "mereka yang terlalu sering berbelanja online memiliki reaksi yang lebih lambat dan konsentrasi yang kurang baik". Peneliti juga mencoba meneliti aktivitas otak mereka yang sering berbelanja online dengan electroencephalogram (EEG) dan event-related potential (ERPs). Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa "mereka yang sering berbelanja online memiliki sinyal otak yang kurangnya fokus". Hal itu berbanding terbalik dengan mereka yang lebih sering istirahat atau membaca buku.

Ciri-ciri ketika sudah menjadi pecandu belanja online diantaranya adalah belanja hanya untuk meredakan stres, menghabiskan banyak waktu di platform belanja online untuk melihat barang-barang, terobsesi membeli barang tiap minggu bahkan bisa setiap hari, dan lain sebagainya. Solusi yang dapat dilakukan untuk membendung gangguan mental kecanduan berbelanja ini ialah mengistirahatkan diri dari kehidupan dunia maya, menjalani konseling dan terapi psikologis, serta belajar mengatur finansial dan gaya hidup berbelanja yang sehat.

Andra Abel Guvinda, Fauzan Nadhil Qisthi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun