Tak terlupakan. Itulah kenangan yang tersisa dan mungkin sulit dihapus setelah mengarungi dan membelah keindahan sungai Nil di Mesir pada malam hari itu.
Sungai yang terpanjang di dunia ini mengalir dan membelah tak kurang dari Sembilan Negara di Afrika termasuk di Mesir tentunya. Sungai Nil yang identik dengan negeri Cleopatra ini memiliki arti dan peranan penting dalam peradaban, kehidupan dan sejarah bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Kapal-kapal dagang banyak berlayar sepanjang sungai  yang memuat banyak sejarah agamis. Saya tak akan membahas mengenai hal tersebut namun yang pasti pada masa kini, juga banyak kapal – kapal  pesiar untuk wisata yang memanfaatkan sejarah sungai Nil sebagai komoditi pariwisata mereka. Pun kami pada malam itu, tak melewatkan kesempatan untuk berlayar mengarungi keindahan sungai Nil dengan menggunakan kapal pesiar besar Nile Cruise bertarif $30 per orangnya. Dengan tarif ini kami dapat menikmati makan malam prasmanan yang lumayan spesial diatas kapal pesiar dengan suguhan hiburan khas Mesir dalam durasi sekitar dua jam lamanya. Sempat terjadi adu pendapat dan sikap antara  ustadz yang turut dalam rombongan dengan Ahmed, Tur Leader lokal yang menemani kami dalam pelayaran malam itu. Pak ustadz sedikit keberatan jika kita mengadakan cruise menggunakan kapal yang salah satu tariannya adalah tari perut khas Mesir tersebut. Namun karena merasa bahwa tarian yang akan dibawakan adalah ciri khas Mesir dan hanya sebagian dari pertunjukan, banyak peserta yang merasa sayang untuk menghilangkan kesempatan itu. Lagipula, soal penafsiran Tari Perut, menurut mereka itu adalah tergantung sudut pandang dan pemikiran masing-masing individu. Akhirnya atas kesepakatan bersama, secara mufakat ditentukan bahwa kita tetap akan pergi berlayar dengan  kapal cruise, namun para lelaki boleh meninggalkan sementara ruang makan tempat acara jika ada tarian perut yang dimaksud.
Sebenarnya, saya pun memiliki rasa penasaran yang dalam tentang tarian perut. Â Banyak pro kontra yang saya baca sebelumnya mengenai tarian yang mempertontonkan bagian tubuh perut wanita ini. Sejatinya, dahulu tarian ini dipergunakan sebagai tarian persembahan untuk dewa dan firaun (raja). Masyarakat Mesir menganggap tarian ini sebagai warisan budaya leluhur kuno yang harus dilestarikan dan akhirnya menjadi komoditi wisata bernilai tinggi (terlepas dari cara pandang masing-masing orang yang melihatnya dari berbagai sudut). Wanita cantik yang mengenakan pakaian minim yang kurang lebih sama dengan pakaian Belly Dance, mulai muncul ke tengah arena show up dan sedikit demi sedikit menari lincah meliukkan perutnya diiringi irama mendayu dari sekumpulan pemain musik Mesir di sudut panggung. Penari ini belakangan diketahui bernama Manar. Berusia sekita tigapuluhan tahun. Info ini tentu saja saya dapatkan dari Ahmed, yang rupanya sudah kenal betul dengan situasi dan kondisi kapal pesiar karena terbiasa membawa tamunya kesana. [caption id="attachment_1138" align="aligncenter" width="552" caption="Liukan perut penari perut"]