Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa Harmoko Begitu Istimewa bagi Soeharto?

7 Juli 2021   07:10 Diperbarui: 8 Juli 2021   02:06 4726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Harmoko dan Soeharto (Sumber: AFP Photo via CNN Indonesia)

Harmoko Memulai Karir sebagai Wartawan Kritis pada Era Orde Lama

Pada masa Orde Baru, posisi Harmoko mungkin saja membuatnya sulit untuk mengkritik Soeharto. Tetapi pada era Orde Lama, Harmoko justru memulai karirnya sebagai wartawan yang berani mengkritik, tapi bukan mengkritik Soeharto, melainkan mengkritik musuh Soeharto.

Siapa lagi musuh Soeharto kalau bukan rezim Orde Lama? Orang-orang yang berani menghantam Sukarno inilah yang dibutuhkan oleh Soeharto.

Di dalam buku "Sejarah Pers Indonesia" ditulis oleh H. Soebagjo I.N. (Dewan Pers, 1977) ditulis bahwa sesudah peristiwa G30S, saat Sukarno masih memegang kekuasaan di Jakarta, telah terbit harian API, Kami dan Trisakti. Harmoko ketika itu bekerja sebagai wartawan API. Menurut H. Soebagjo I.N., koran-koran tadi berani mengupas kebejatan dan kebobrokan Orde Lama dengan segala aspek dan seginya.

Karena keberanian mengkritik, Harian API pernah didatangi pasukan Cakrabirawa dan memaksa penghentian penerbitannya.

Pada masa Soeharto, organisasi vital seperti PWI, dipastikan dipimpin oleh orang yang loyalitasnya kepada pemerintah tidak diragukan. Maklum, Orde Baru dimulai dengan pembersihan terhadap unsur-unsur komunisme dan propaganda bahaya laten komunisme. Sehingga loyalitas terhadap kebijakan Orde Baru sangat dibutuhkan. Dari segi loyalitas, ditambah lagi anti komunis, Harmoko memenuhi kriteria ini.

Harmoko adalah Wartawan Sekaligus Organisatoris

Tidak banyak wartawan yang mempunyai dua keterampilan sekaligus. Yaitu keterampilan manajerial dalam mengelola organisasi sekaligus keterampilan menulis. Keistimewaan Harmoko adalah ia dapat menggabungkan kedua keterampilan ini secara optimal.

Dengan latar belakang sebagai pengkritik rezim Orde Lama, Harmoko kemudian masuk ke dalam partai politik. Dalam buku "Pak Harto The Untold Stories", ada biodata Harmoko yang ditulis, yaitu sejak tahun 1960-an, Harmoko adalah anggota Tim Media Massa DPP Golkar.

Jauh sebelum menjadi Ketua PWI, Harmoko adalah Sekretaris PWI Jaya pada akhir tahun 1960-an. Ketika itu Ketua PWI masih dijabat oleh Mahbub Djunaedi, dan Ketua PWI Jaya dijabat oleh Zulharmans.

Ketika duduk sebagai pengurus PWI Jaya tahun 1960-an, Harmoko telah menjadi anggota Golkar. Pada Pemilu pertama yang diadakan pada masa Orde Baru, bisa ditebak, pemenangnya adalah Golkar. Sebagai anggota Tim Media Massa DPP Golkar, sejak itulah karir Harmoko perlahan-lahan mulai menanjak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun