Kalau orang sudah merasa benar, kepalanya akan keras. Artinya, dia keukeuh mempertahankan argumennya.Â
Lain cerita kalau seseorang mencari pembenaran, akan ada pernyataan yang cacat logika.Â
Kebenaran itu hak, tapi kalau sudah ada penyakit merasa paling benar, itu sebuah kesalahan.Â
Seperti pagi hari, matahati terbit dari timur. Itu adalah kebenaran mutlak, jangan lagi dibantah.Â
Orang-orang sering mempermasalahkan suatu kebenaran yang sudah pasti. Atau, meragukan kebenaran yang bisa dilihat dari berbagai sisi.Â
Misalnya, perkara penting atau tidaknya sekolah dalam kehidupan.Â
Sampai sekarang, masih saja orang mendebat, bahwa sekolah itu penting, atau sekolah itu tidak penting.Â
Padahal, ada hal lain yang mestinya digali lebih dalam, seperti langkah pasti jika anak-anak lulus sekolah, atau penanganan anak yang putus sekolah.Â
Kita sering beradu argumen, nyatanya bukan mencari kebenaran. Ada hasrat ingin dikatakan benar oleh orang lain. Dia ingin pembenaran.Â
Jangan sampai ada rasa bahwa diri sendiri paling benar diantara orang lain.Â
Jangan pula mengatakan orang lain salah tanpa konfirmasi yang jelas.Â
Terkadang, kita terlena dengan kesalahan orang lain, tapi lupa dengan kebenaran yang dikerjakannya.Â
Berlaku sebaliknya, kita pun lalai dengan kealpaan sendiri lantaran sebuah kebenaran yang kita lakukan.Â
Sebaik-baiknya kebenaran adalah yang berlandaskan hukum Tuhan. Sebab, tidak ada kebenaran di dunia ini selain apa yang telah dituliskan oleh-Nya.***