Mohon tunggu...
Wahyuni Anugerah
Wahyuni Anugerah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Buatlah hidupmu berguna di manapun kamu berada dan berusahalah untuk tetap tersenyum apapun yang kamu rasakan

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdoalah Jika Benih Kebencian Mulai Tumbuh

21 Desember 2018   20:55 Diperbarui: 6 Januari 2019   04:56 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hallo sahabat..

Bagaimana kabarmu saat ini? Semoga selalu sehat dan hatimu dipenuhi kasih sehingga benih kebencian tak dapat tumbuh.

Pernahkah kamu merasa begitu kesal, kecewa ataupun marah?

Hmm.. pastinya kita semua pernah merasakan itu.

Pada suatu hari saya pernah merasa sangat kesal dan amat marah. Hari itu tepatnya dimalam hari pukul 19.00 WIB, saya dan beberapa pembina sekolah Minggu pergi ke sebuah desa untuk menghadiri sebuah kegiatan dalam rangka memperingati Bulan Kitab Suci Nasional. Kami pergi menggunakan sepeda motor, untuk sampai ke sana kira-kira memakan waktu sekitar 35 menit. 

Belum lama kami sampai disana, kakak saya (laki-laki) kirim pesan di WhatsApp meminta saya untuk pulang karena saat itu ia bekerja masuk shift siang jadi pulangnya malam sekitar jam 22.30, sehingga tak ada yang menemani kakak ipar saya dirumah (saya tidak tahu kalau ternyata kakak ipar saya tidak berani sendirian dirumah). 

Saya pun mengabaikan pesannya untuk segera pulang karena pada saat itu kondisinya saya menumpang teman saya untuk pergi kesana dan tidak mungkin saya meminta dia untuk mengantar saya pulang sedangkan belum lama berada ditempat itu. Kakak (laki-laki) saya pun menelepon dan memarahi saya dan menyuruh saya untuk pulang, namun saya menolaknya dan mengatakan nanti, nanti, sebentar lagi saya akan pulang. 

Setelah beberapa saat sekitar setengah jam dia menelepon lagi sambil memarahi saya namun saya pun berkata sebentar lagi dan sebentar lagi. Sehingga hati saya merasa tidak tenang berada dalam kegiatan itu. 

Sungguh, saya merasa sangat kesal dan timbul pertanyaan dalam hati. Mengapa saya tak bisa seperti teman-teman saya yang lain, yang bisa pergi kemana pun dalam waktu yang lama? Rasanya tidak adil, setiap kali saya ingin pergi selalu dilarang dan dibatasi. Seperti dipenjara saja tak bisa pergi kesana kemari.

Saya coba untuk mengikuti kegiatan itu dengan baik dan tidak terlihat cemas, kecewa dan kesal. Saya mengikuti kegiatan itu sampai sekitar jam 22.00 (padahal kegiatannya hampir selesai). Tidak lama kemudian, kakak saya terus menelepon dn saya pun menjawab telepon dengan nada yang sedikit kesal. Akhirnya, saya pun meminta teman saya (perempuan) untuk mengantar saya pulang. 

Sampai didepan rumah, kakak saya suda menunggu dan marah-marah. Dia tidak hanya marah kepada saya tetapi marah juga kepada teman saya. Saya sangat tidak terima ia memarahi teman saya karena teman saya tidak salah sedikitpun. Saya pun berkelahi mulut dengan kakak saya dan dia terus marah kepada saya dan teman saya. 

Kakak saya pun menyuruh saya masuk kedalam rumah (dengan nada marah). Saya masuk ke dalam rumah dan sambil menangis lari ke kamar mandi. Saya sangat kecewa dan benih kebencian mulai tumbuh dihati saya karena kakak saya marah kepada teman saya. Ketika saya keluar dari kamar mandi, teman saya sudah pulang dan kakak saya sudah masuk kamar. 

Saya masuk ke kamar saya dan menangis sampai jam 02.00 pagi. Keesokan harinya mata saya sangat bengkak, saya coba kompres pakai es batu dan bengkaknya sedikit berkurang. Hari itu saya kuliah, syukurnya jadwal masuk pagi tidak jadi karena dosennya berhalangan hadir. Sehingga saya bisa bersantai sambil menunggu mata saya benar-benar terlihat normal kembali. Seharian itu saya puasa tidak makan, saya hanya minum air putih dan minum segelas teh hangat di pagi hari saat dikampus.

Dari pagi sampai malam saya tidak makan walaupun malam itu kakak saya mengajak saya makan, saya menolaknya secara halus dengan berkata bahwa masih kenyang karena sudah makan tadi sore (masih ada kekesalan dalam nada saya menjawabnya). Akhirnya saya pun berusaha untuk segera tidur dan berdoa terlebih dahulu untuk bersyukur, meminta pengampunan, menyampaikan permohonan dan memohon agar benih kebencian itu mati dan tidak tumbuh. 

Saya marah dan kesal selama 2 hari, dan selama 2 hari itu saya jarang berkomunikasi dengan kakak saya. Namun, ia terus membujuk saya untuk makan. Yah.. saya pun mulai membuka hati, menumbuhkan benih KASIH dan memberi pengampunan karena Tuhan telah memberi pengampunan kepada saya. Benih kebencian dihati saya akhirnya mulai layu dan mati. 

Betapa dahsyatnya sebuah doa, Tetaplah berdoa apapun yang kita rasakan entah itu marah, kesal, senang dan lain-lain. 

Karena doa dapat melahirkan sesuatu yang sangat indah, merubah kebencian menjadi kasih dan dapat melahirkan sesuatu yang mustahil bagi manusia. Yang mana tidak lain semua itu berasal dari Tuhan. Jadi, bila saat ini hatimu ada benih kebencian berdoalah. Maka, benih kebencian itu pasti akan mati dan tumbuhlah benih kasih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun