Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Narasi Hipotetis Sejarah Lahirnya Tumpeng dan Gunungan

11 Maret 2024   01:56 Diperbarui: 13 Maret 2024   17:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang ramadan, masyarakat Jawa acap kali selenggarakan selamatan / kenduri, terkenal dengan istilah megengan. Dalam acara tersebut sering disuguhkan pelbagai sarana / ubarampe yang kas. Di antaranya tumpeng, apem dan pisang.

Tradisi ini sudah ada sebelum diadopsi masyarakat Islam sebagai sarana dakwah. Nilai simbolik yang terkandung pada tiga jenis ubarampe itulah yang mewartakannya.

Pisang dan apem simbol laki-perempuan. Lingga dan yoni. Simbol kakek dan nenek moyang, leluhur, yang menjadi lantaran keberadaan kita. Jadi pepunden, yang senantiasa harus dipundi, dihormati. Didoakan agar selalu dalam perlindungan Hyang Widi. Tuhan atau Allah.

Tumpeng adalah lambang meru, mahameru. Yang menjadi sentrum atau kiblat melakukan puja bakti bersama. Ia lahir dari tragedi historis ketika masyarakat kehilangan tempat beribadat sebagaimana biasa, di pura.

Bagaimana hal itu terjadi, dan kapan peristiwanya, berikut ini cerita tutur yang tenggelam oleh gelombang zaman.

Bendo, 11 maret 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun