Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Ucapkan Kata-kata Ini pada Orang Bugis-Makassar

24 Februari 2018   16:59 Diperbarui: 26 Agustus 2020   21:01 7564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengunjungi sebuah daerah seharusnya harus dipahami sedikit banyak tentang budayanya, termasuk juga bagi kalangan orang Bugis-Makassar. Terkadang ada tingkah laku ataupun kata-kata yang menjadi tabu, pantang ataupun tak boleh ditunjukkan ataupun diungkapkan.

Kadang ada yang iseng menyuruh kita mengungkapkan sebuah kata ataupun kalimat yang bisa berbuntut panjang jika diungkapkan di depan umum.

Masyarakat Bugis-Makassar sangat sensitif terkait hal ini. Ada beberapa kata yang sama sekali tak bisa diucapkan kepada orang lain, apalagi orang itu tidak begitu diakrabi.

Telaso atau telaco. Kata ini harfiahnya berarti kotoran penis. Te bisa diartikan tai atau kotoran, sementara laso atau laco yang berarti penis.

Ungkapan ini biasanya spontan diucapkan jika seseorang sedang marah. Jika ia kebetulan bertemu dengan orang yang sedang marah atau terima dengan ucapan itu bisa berakibat perkelahian. Bahkan tak jarang ada kasus saling tikam hingga mati karena kata ini. Apalagi jika sudah dikaitkan dengan 'siri' atau malu seseorang.

Ada juga kata ana'sundala, yang berarti anak sundal. Ini banyak ditemukan di komunitas berbahasa Makassar. Ada juga yang menambahkan 'ana' suntili' yang berarti sundalla tiga kali.

Kata selanjutnya adalah kata-kata binatang, seperti 'asu' atau anjing, ceba atau monyet, tedong atau kerbau.

Untuk kata ceba dan tedong biasanya dilekatkan pada kondisi fisik org yang dihujat.

Kata ceba untuk orang yang jelek, hitam, hidup lagi. Sementara tedong berdasarkan ukuran atau kebiasaan orang tersebut yang tahunya tidur saja. Ada juga kadang menyebut 'nyareng' atau kuda, setang atau setan. Dulu saya sering mendengar umpatan 'dajjala' yang berarti Dajjal.

Ada juga kata umpatan yang lebih banyak diungkapkan oleh perempuan. Misalnya 'lessina indomu' atau kemaluan ibumu (maaf). Lessi lebba atau vagina yang lebar (maaf).

Meski demikian, seluruh kata umpatan ini juga akan berkesesuaian dengan konteks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun